Kau setitik nila diatas susu putih dalam bejana
Memudarkan bening air yang menguning
Membaurkan dalam tirta yang menyejukan mata
Seperti dadih kerbau yang memutih
Namun pendar dan tak beraturan
Kau setitik nila diatas susu putih dalam bejana
Mengalir dari amarta ke nirwana
Dengan deras arus yang kian bergulir
Seperti bidadara bersama dewangga
Namun terbang dan menghilang
Kau setitik nila diatas susu putih dalam bejana
Dengan irama yang tak bernada
Mengalun merdu di telinga
Seperti gandewa yang di lepaskan arjuna
Namun membuat luka ....
Tak semestinya dusta akan tersimpan dalam karang yang legam ...
Membiarkan hitam menenggelamkan citra yang indah dimata..
Membalut candra yang mencela
Membungkus bayu yang menderu
Dan biarkan wulan yang mencinta dengan sendirinya
Anak adam menangis dalam kebisuan
Menggenggam sepotong roti dalam lemari
Memakan madu dengan colekan ujung jemari
Dua sisi mata uang yang berbeda dalam satu lembar kertas yang sama
Menjadikan kaca brenggala yang menyajikan sifat yang berbeda
Seperti Rahwana dan Yudistira dalam satu tubuh Wibisana
Memudarkan bening air yang menguning
Membaurkan dalam tirta yang menyejukan mata
Seperti dadih kerbau yang memutih
Namun pendar dan tak beraturan
Kau setitik nila diatas susu putih dalam bejana
Mengalir dari amarta ke nirwana
Dengan deras arus yang kian bergulir
Seperti bidadara bersama dewangga
Namun terbang dan menghilang
Kau setitik nila diatas susu putih dalam bejana
Dengan irama yang tak bernada
Mengalun merdu di telinga
Seperti gandewa yang di lepaskan arjuna
Namun membuat luka ....
Tak semestinya dusta akan tersimpan dalam karang yang legam ...
Membiarkan hitam menenggelamkan citra yang indah dimata..
Membalut candra yang mencela
Membungkus bayu yang menderu
Dan biarkan wulan yang mencinta dengan sendirinya
Anak adam menangis dalam kebisuan
Menggenggam sepotong roti dalam lemari
Memakan madu dengan colekan ujung jemari
Dua sisi mata uang yang berbeda dalam satu lembar kertas yang sama
Menjadikan kaca brenggala yang menyajikan sifat yang berbeda
Seperti Rahwana dan Yudistira dalam satu tubuh Wibisana
0 komentar:
Posting Komentar