Tak ada yang
perlu kau ceritakan lagi atas semua pencarian yang telah kau perbuat. semuanya
hanya berakhir pilu dalam dasar hatiku. Cukupkan saja semua egomu dalam beban
berat yang karam bersama jangkar pusara cinta kita. Atau mungkin aku tak layak
menyebutnya cinta kita, karena hanya aku yang punya cinta itu,engkau tidak
mempunyai apa-apa sebagai alasanmu pergi dariku. Berpaling pada nista yang kini
kau peluk untuk selamanya.
kurang lebih kata kata itu sekilas ku baca di tulis Dira dalam
keyboardnya. sahabatku dari TK hingga sekarang kami beranjak dewasa kami
masi setia bersama.
"lagi nulis apa ra?" tanyaku kepada sahabatku yang sedang terduduk diam di depan leptop samsung berwarna ungu.
"ha? endak mbak ... nulis nulis iseng." jawabnya sembari menyeka airmatanya.
"pasti nulis lagi tentang Jendra?" tanyaku duduk disampingnya
"pasti nulis lagi tentang Jendra?" tanyaku duduk disampingnya
"
hahaha enggak ,... uda 4 minggu kita loss contact, semenjak kemarin
ketika aku cerita tentang dia " katanya sembari mengambil tissu di dalam
tas kerjanya
" lha? katanya kamu mau bicara empat mata dengannya"
" lha? katanya kamu mau bicara empat mata dengannya"
Dira menggelengkan kepala "dia ndak mau mbak" sambil tersenyum dibalik wajah sembabnya.
Dira
denganku memang berteman dari TK tp umur kita terpaut 2 tahun , aku
lebih tua dari Dira. aku suda melarangnya untuk memanggil namaku sebutan
mbak, tapi katanya dia lebih nyaman memanggilku seperti itu.
"kamu sayang sama Jendra?" tanyaku memastikan apa yang terjadi dengannya. Dira menatapku dengan wajah bertanya.
"kalo kamu gak sayang sama Jendra, tak perlu kamu sampai seperti ini kan ketika dia pergi"
Dira menundukan kepala dan melipat tissunya.
"aku tak tau ini namanya apa mbak, tapi kalo aku bilang ini cinta .... tak mungkin... aku secepat ini melupakan Mahesa " katanya sembari menatapku dengan mata berkaca - kaca . aku hanya diam, menatapnya dan menghela nafas.
"kamu sayang sama Jendra?" tanyaku memastikan apa yang terjadi dengannya. Dira menatapku dengan wajah bertanya.
"kalo kamu gak sayang sama Jendra, tak perlu kamu sampai seperti ini kan ketika dia pergi"
Dira menundukan kepala dan melipat tissunya.
"aku tak tau ini namanya apa mbak, tapi kalo aku bilang ini cinta .... tak mungkin... aku secepat ini melupakan Mahesa " katanya sembari menatapku dengan mata berkaca - kaca . aku hanya diam, menatapnya dan menghela nafas.
"Aku butuh dia mbak ... aku merasa kehilangan dia ... aku bahagia bersamanya. meski kami tak punya hubungan apa - apa "
"
Butuh? maksudmu? butuh dia jadi supir kamu? jadi pendengar ceritamu?
atau butuh dia untuk menemanimu?" tanyaku masi penasaran dengan apa yang
dimaksud Dira. aku suda penat menasehatinya, dia melebihi seekor
keledai jika suda sperti ini . lebih baik menasehati seorang keledai
yang dapat mengerti maksudku jika di cambuk. tapi jika itu ku lakukan
kepada Dira , aku ragu dia akan mengerti.
" semuanya mbak .... aku butuh dia seutuhnya"
aku menatapnya lekat lekat , masi ku redam amarahku , melihat keegoisannya.
"kamu gak bisa kayak gitu ra.... Jendra juga manusia, Jendra juga punya hati ..."
" aku tau mbak, dia masi mengharap kekasihnya yang dulu, aku hanya ingin kita saling menemani, jika lau dia suda punya yang lain , dan meninggalkanku , aku ikhlas" jawabnya dengan nada parau
" nah? suda kan? ikhlas? dengan keadaan seperti ini kau ikhlas?, jika ikhlas kenapa masi kau tangisi?"
"aku tak mengerti dengan hati dan pikiranku mbak, setiap bersamanya aku merasa tenang, setiap aku memandangnya aku merasa nyaman, setiap aku bercanda dengannya aku bahagia.... dan setiap dia tiada aku merasa hampa"
" hahaha kamu umur berapa? kamu bukan anak SMP yang baru mengenal cinta kan? kamu suda dewasa... itu yang namanya Cinta Ra , kamu cinta Jendra ..."
Dira masi terisak dalam tangisnya , aku menyodorkan tissue kepadanya, aku tak suka melihatnya menangis, suda berapa kali dia putus cinta dengan alasan yang sama , ditinggalkan pasangannya dengan seenaknya, dia tidak kekanak-kanakan menurutku, dia cukup dewasa, mungkin memang sedikit manja, tapi tak berlebihan, kodrati sebagai manusia jika dia punya sifat manja apalagi dia seorang wanita.
"katakan kepadanya... kalo kamu mencintainya" kataku dengan membelai kepalanya.
aku menatapnya lekat lekat , masi ku redam amarahku , melihat keegoisannya.
"kamu gak bisa kayak gitu ra.... Jendra juga manusia, Jendra juga punya hati ..."
" aku tau mbak, dia masi mengharap kekasihnya yang dulu, aku hanya ingin kita saling menemani, jika lau dia suda punya yang lain , dan meninggalkanku , aku ikhlas" jawabnya dengan nada parau
" nah? suda kan? ikhlas? dengan keadaan seperti ini kau ikhlas?, jika ikhlas kenapa masi kau tangisi?"
"aku tak mengerti dengan hati dan pikiranku mbak, setiap bersamanya aku merasa tenang, setiap aku memandangnya aku merasa nyaman, setiap aku bercanda dengannya aku bahagia.... dan setiap dia tiada aku merasa hampa"
" hahaha kamu umur berapa? kamu bukan anak SMP yang baru mengenal cinta kan? kamu suda dewasa... itu yang namanya Cinta Ra , kamu cinta Jendra ..."
Dira masi terisak dalam tangisnya , aku menyodorkan tissue kepadanya, aku tak suka melihatnya menangis, suda berapa kali dia putus cinta dengan alasan yang sama , ditinggalkan pasangannya dengan seenaknya, dia tidak kekanak-kanakan menurutku, dia cukup dewasa, mungkin memang sedikit manja, tapi tak berlebihan, kodrati sebagai manusia jika dia punya sifat manja apalagi dia seorang wanita.
"katakan kepadanya... kalo kamu mencintainya" kataku dengan membelai kepalanya.
dia menggeleng cepat ... seperti anak tk yang takut di tinggal pergi ibunya. "kenapa?"
" dia tak mencintaiku mbak.... dia tak suka denganku.... dia masi terbelenggu oleh masa lalu... "
"suda tanya?"
dia menggeleng lagi ," lalu tau dari mana?"
dia berfikir sejenak .... dan berkata " dari bahasa tubuhnya, cara menatapnya, dan cara bicaranya kepadaku berbeda"
"pernah dia berkata kasar kepadamu? " dia menggeleng kepala
"dia penah duduk berjauhan denganmu?" dia menggeleng kepala
"dia penah berbicara tanpa menatapmu?" dia menggeleng kepalanya
" lalu? kamu tau dari mana?"
" dia tak mencintaiku mbak.... dia tak suka denganku.... dia masi terbelenggu oleh masa lalu... "
"suda tanya?"
dia menggeleng lagi ," lalu tau dari mana?"
dia berfikir sejenak .... dan berkata " dari bahasa tubuhnya, cara menatapnya, dan cara bicaranya kepadaku berbeda"
"pernah dia berkata kasar kepadamu? " dia menggeleng kepala
"dia penah duduk berjauhan denganmu?" dia menggeleng kepala
"dia penah berbicara tanpa menatapmu?" dia menggeleng kepalanya
" lalu? kamu tau dari mana?"
"caranya dia menciumku mbak"
aku tersenyum .... dan masi menatapnya, ternyata memang kau benar - benar suda dewasa.
"jika dia memang tulus dari dalam hati, mungkin aku tak merasakan ada sesuatu yang mengganjal didalam sini saat itu" katanya sambil menepuk dadanya.
" kau tidak akan penah tau jika kau tak mencari tau, sayang. jangan memvonis dirimu seperti ini"
" aku hanya takut mbak, bagaimana bisa aku hidup tanpanya, bagaimana bisa aku melalui hariku tanpanya?aku menyandarkan tubuhku kepadanya mbak. aku suda nyaman dengannnya"
" mbak tau, ra... mbak tau ... tapi coba jika kita balik jadi Jendra? bukankah dia juga berhak mendapatkan seperti yang kamu inginkan? kamu tidak bisa memaksa Jendra di sampingmu tanpa ada sesuatu yang pasti"
" aku takut memulai lagi mbak... ccukup dengan luka Mahesa yang tergores indah , dan membekas dalam hati mbak... belum sembuh lukannya"
" lalu? apa yang dilakukan jendra ini tidak menyakiti hatimu? sama kan? tak ada bedanya dengan Mahesa lakukan, cuma bedanya kamu tau alasan Mahesa dan Jendra merasa tak perlu beralasan karena tak perlu di jelaskan" tanya dengan menatapnya dalam dalam . ia masi menundukan kepala dan mencerna kata kataku yang tek berhenti terlontar dari mulutku.
" akui kalau kamu mencintai Jendra , ra..." kataku dengan sedikit merendahkn nadaku
" iya mbak ... aku mencintainya, meski dia mencintaiku pun tapi latar belakang kami tak akan penah bisa senada"
aku tersambar petir mendengarnya, lagi lagi karena latar belakang yang berbeda, pola pikir yang berbeda ... tak pantas kah jika cinta tak memandang latar belakang , tak bisakah cinta menyatukan pola pikir berbeda , bukankah sebuah puzzle diharuskan berbeda agar menjadi bagian seutuhnya? cinta memang tak penah ada yang mampu menebaknya, "cinta tak akan pernah datang jika tak bertemu dengan perpisahan" mungkin ini hanya sekenario cerita cinta Dira yang kita tak akan penah tau bagaimana ujungnya. aku hanya berharap , Dira mendapatkan Jendra yang luar biasa untuk masa depannya, suda banyak airmata yang dia keluarkan untuk para adam - adamnya, harus berapa lama dia jatuh bangun untuk memperbaiki sayap patahnya. suda cukup kenangan masa kecilnya yang banyak memendam rasa kecewa yang luar biasa, perjuangan yang tiada hentinya, sampai suatu saat akan mampu ditebus dan di bayar dengan kebahagian yang tiada tara.Untuk Jendra, jika kau membaca... kau akan tau dengan apa yang Dira rasa, Kau akan mengerti dengan dibalik ketegarannya, dan seberapa besar harapannya , untuk bersamamu, menemani harimu, dan yang pasti menjadi satu satunya di hatimu. aku melihat senyumnya kembali mengembang setela bertemu denganmu. ku tulis untukmu RAJENDRA PRIANKA KUSUMA.
aku tersenyum .... dan masi menatapnya, ternyata memang kau benar - benar suda dewasa.
"jika dia memang tulus dari dalam hati, mungkin aku tak merasakan ada sesuatu yang mengganjal didalam sini saat itu" katanya sambil menepuk dadanya.
" kau tidak akan penah tau jika kau tak mencari tau, sayang. jangan memvonis dirimu seperti ini"
" aku hanya takut mbak, bagaimana bisa aku hidup tanpanya, bagaimana bisa aku melalui hariku tanpanya?aku menyandarkan tubuhku kepadanya mbak. aku suda nyaman dengannnya"
" mbak tau, ra... mbak tau ... tapi coba jika kita balik jadi Jendra? bukankah dia juga berhak mendapatkan seperti yang kamu inginkan? kamu tidak bisa memaksa Jendra di sampingmu tanpa ada sesuatu yang pasti"
" aku takut memulai lagi mbak... ccukup dengan luka Mahesa yang tergores indah , dan membekas dalam hati mbak... belum sembuh lukannya"
" lalu? apa yang dilakukan jendra ini tidak menyakiti hatimu? sama kan? tak ada bedanya dengan Mahesa lakukan, cuma bedanya kamu tau alasan Mahesa dan Jendra merasa tak perlu beralasan karena tak perlu di jelaskan" tanya dengan menatapnya dalam dalam . ia masi menundukan kepala dan mencerna kata kataku yang tek berhenti terlontar dari mulutku.
" akui kalau kamu mencintai Jendra , ra..." kataku dengan sedikit merendahkn nadaku
" iya mbak ... aku mencintainya, meski dia mencintaiku pun tapi latar belakang kami tak akan penah bisa senada"
aku tersambar petir mendengarnya, lagi lagi karena latar belakang yang berbeda, pola pikir yang berbeda ... tak pantas kah jika cinta tak memandang latar belakang , tak bisakah cinta menyatukan pola pikir berbeda , bukankah sebuah puzzle diharuskan berbeda agar menjadi bagian seutuhnya? cinta memang tak penah ada yang mampu menebaknya, "cinta tak akan pernah datang jika tak bertemu dengan perpisahan" mungkin ini hanya sekenario cerita cinta Dira yang kita tak akan penah tau bagaimana ujungnya. aku hanya berharap , Dira mendapatkan Jendra yang luar biasa untuk masa depannya, suda banyak airmata yang dia keluarkan untuk para adam - adamnya, harus berapa lama dia jatuh bangun untuk memperbaiki sayap patahnya. suda cukup kenangan masa kecilnya yang banyak memendam rasa kecewa yang luar biasa, perjuangan yang tiada hentinya, sampai suatu saat akan mampu ditebus dan di bayar dengan kebahagian yang tiada tara.Untuk Jendra, jika kau membaca... kau akan tau dengan apa yang Dira rasa, Kau akan mengerti dengan dibalik ketegarannya, dan seberapa besar harapannya , untuk bersamamu, menemani harimu, dan yang pasti menjadi satu satunya di hatimu. aku melihat senyumnya kembali mengembang setela bertemu denganmu. ku tulis untukmu RAJENDRA PRIANKA KUSUMA.
0 komentar:
Posting Komentar