RSS

SEPUCUK SURAT DARI RA


Namaku  Damar… usiaku mungkin baru sekitar 21 tahun. Aku sendiri lupa. Jika ditanya aku baru menghitung dengan mengurangi tahun sekarang dengan tahun kelahiranku. Aku tidak pernah menghitung berapa umurku, karena bagiku, usia itu tidak penting. Begitu juga dengan ulang tahun,bahkan aku tidak pernah merayakannya. Karena bisa jadi aku juga lupa kapan tanggal lahirku jika tidak melihat KTP. Aku bekerja di perushan promit di luar daerah jawa, aku berasal dari pulau jawa. Iya aku marantau ke pulau tetangga untuk mengumpulkan serpihan berlian untuk melamar wanitaku, bukan ... dia bukan wanitaku .. tapi dia wanita impianku.
Namanya adalah Rahajeng. Dia gadis terpandai dan tercantik di kelasku saat aku masih SMP. Hatiku selalu berdegup kencang saat melihatnya lewat dihadapanku. Mataku tidak pernah berkedip saat melihatnya melintas dihadapanku. Aku tak pernah bisa mengalihkan konsentrasiku ketika dia sedang presentasi di luar kelas. Aku tidak pernah bisa untuk tidak berdesis namanya ketika aku hendak tidur malam hari. Tapi  Untuk memilikinya, sekedar dalam mimpi pun aku sudah merasa sangat beruntung. Aku bukanlah termasuk siapa-siapa untuk sekedar disapa olehnya.
Aku pun tidak tahu bagaimana awalnya, hari ini aku duduk berdua dengannya berhadapan dalam satu meja, di sebuah restoran yang berkelas. Di usiaku ini, aku menawarkan masa depan kepadanya. Lebih bukan pada pernyataan cinta. Tapi, lebih kepada penawaran semacam jasa raharja atau asuransi. Aku tahu, karena untuk gadis yang memiliki tingkat kesadaran logika jauh diatas rata-rata seperti dia, perkataan gombal lelaki dan janji-janji tanpa bukti sama dengan nol besar. Sudah cukup aku mengenalnya sebagai seorang perempuan yang tidak pernah goyah akan rayuan lelaki yang tanpa modal materi.
Masih dengan senyuman gigi tidak ratanya aku terbius oleh irama-irama cintanya. Di mataku, sejak pertama aku melihatnya, dari ujung rambut hingga ujung kaki dia nyaris tanpa cela. Jika aku ditanya apa arti kesempurnaan maka aku akan berkata sempurna itu adalah dirinya. Mungkin karena aku terlalu terobsesi oleh dirinyalah hingga kini aku berada di hadapannya. Dan berani mengajaknya makan di tempat yang orang-orang seperti ku ini hanya pantas sebagai pelayannya saja.
Dia tampak ragu untuk memesan makanan, mungkin dia takut kalau aku tidak akan mampu membayarnya. Tapi aku menyuruhnya memesan apapun yang dia suka. Dompet ku ini telah penuh jika hanya untuk memesan makanan untuk memenuhi perutnya. Aku telah lama mengumpulkan butiran-butiran keringatku ini untuk kujadikan isi dompet dan menanti saat-saat seperti hanya dalam mimpi seperti ini.
Tapi, bukan Rahajeng jika dia tidak bisa berfikir logis. Dia hanya memesan orange squase dan desert saja. Dia berkata dia sudah makan. Padahal aku tahu bahwa dia hanya tidak mau membuang hasil kerja kerasku berbulan-bulan hanya untuk memenuhi isi perutnya.
Ah, aku hanya menghela nafas dan sedikit terhimpit, mengetahui  dia mengasihaniku. Sakit sekali rasanya dianggap aku masih belum mampu menjadi lelaki yang mampu dia pandang.
Aku tahu, aku bukan kelasnya. Aku sadar aku bukan berasal dari kastanya. Tapi, jika sebatas materi, aku tidak mau dianggap kere. Aku bisa membangunkan istana dengan seribu arca untuknya. Jika hanya untuk melamar dan menikahinya aku bisa menyiapkan pesta termegah seperti yang dia pinta.
Dan aku yang dengan penuh keyakinan ku ini, terus saja membujuknya agar dia memberiku kesempatan bahwa aku mampu menjadi seperti yang dia mau. Awalnya dia berkata, betapa dia beruntung telah memiliki aku sebagai seorang yang dia cinta. Dia juga sangat berterimakasih kepadaku, dan berkata mungkin, tidak ada orang lain yang mencintainya melebihi cintaku ini padanya. Betapa bahagianya hatiku ketika dia berkata begitu. Aku merasa, segala usahaku dan segala kerja kerasku ini membuahkan hasil. Aku merasa segala tetesan keringatku mengumpulkan intan di pertambangan pedalaman Kalimantan terbayarkan. Aku merasa setiap ucapannya adalah bunga-bunga surge yang semerbak wanginya.
Aku pun berkata, bahwa aku telah membangunkannya sebuah istana, tapi belum selesai. Aku minta waktu 2 tahun lagi untuk menyelesaikan seperti yang dia pinta. Aku pun mengajaknya untuk melihatnya. Dan akan kuminta dia tinggal bersama selamanya.
Kali ini dia tersenyum sambil memotong apple pie yang ada di hadapannya, lalu memasukkan dalam mulutnya, dia berkata bahwa hari ini dia seperti memenangkan undian lotere. Bertemu denganku yang membujuknya seperti petugas polis asuransi kejar target. Dan memang benar. Apa yang dia katakan itu benar. Aku berusaha bertahun-tahun meyakinkannya dan menjadikan dia angan-angan dan mimpiku agar dia mau menengokku. Sekali saja menjadikan aku pemilik hatinya. Jika dibilang aku ini mencintainya, maka aku lebih suka aku menyebutnya aku mencintainya seperti orang gila. jika darahku ini bersuara, mungkin hanya namanya yang disebut. Bahkan langkah kakiku ini berjalan kea rah bayangan wajahnya.
Tapi, bukan rahajeng juga jika dia tidaklah menolakku. Dia berkata, bahwa aku selamanya tidak akan bisa menjadi seperti yang dia mau. Dia berkata bahwa aku terlalu sibuk mencintainya, hingga tidak melihat cinta lain yang mencintaiku. Dia berkata, bahwa dia berharap bukan dia yang aku cintai sedemikian rupa. Dia bahkan berharap jika ada lelaki yang mencintainya seperti aku, maka bukanlah diriku. Hancur dunia dan bumi ini luluh lantak di benakku. Bilamana tidak jika seluruh nafasku meniupkan udaranya, seluruh darahku ini emngedarkan namanya. Setelah sekian lama adalah jawaban yang sama. Segala usahaku tidaklah ada di matanya.
Aku masih bersabar dan terus bersabar. Hingga saat hancur hariku tak sehancur hari itu. Hari disaat dia berkata dia akan menikahi lelaki impiannya. Hari yang sama dimana aku menaruh cincin berlian dalam ice cream sundae yang dipesannya. Hari dimana aku tidak lah lelah dan letih menawarkan polis asuransi hati dan janji untuk tidak menyakitinya seujung kuku pun. Tapi, ku telah kalah sebelum bertanding. Aku telah tenggelam masuk dalam sumur yang aku gali sendiri. Dia telah menemukan tambatan hatinya. Dan segala duniaku telah sia-sia.
Rahajeng….aku lirih menyebut namanya…
Adakah hal yang bisa kulakukan untukmu sekali seumur hidupku saja. Adakah yang akan kulakukan untuk melihatmu bahagia sekali saja.
Dan…
Kesempatan itu tiba ... dan menguap sekejab mata
Dua tahun berselang, yang kudengar adalah dia terkena leukemia. Wajah cantik, menjadi pucat. Senyum ceria, menjadi sembab. Aku lebih memilih mati jika harus menyaksikannya dalam keadaan demikian. Aku masi memandang wajahnya yang tergeletak tak berdaya diatas ranjang berseprai putih dengan baju berwarna biru laut. Bau obat obatan menyeruak dalam hidungku, hawa dingin pendingin kamar menyentuh kulitku, semakin membuatku tak mampu menatap wajahnya, sudah tak mampu aku melihat dirinya , melihat wajah cerianya, melihat senyumnya, melihat giginya yang tak rata, yang kini tersumpal dengan selang pipa. Bidadariku yang selama ini ku perjuangkan untuk menjadi ibu anak anakku, kini stengah hidup di hadapanku, hatiku hancur , iya … hatiku remuk… air mataku tak mampu ku bendung, terjun bebas dan mengalir seperti air bah yang tak ingin berhenti ketika musim penghujan. Ku dekati tubuhnya, ku genggam tangannya, dingin… rapuh .. tangannya tak secoklat dulu , kulitnya tak se eksotik ketika pertama kali aku bertemu dengannya. Ku cium tanyanya, ku genggam erat dengan menahan  isak  tangisku yang mendalam  dan  tercekat di tenggorokan. “Aku mencintaimu ra ….”
desisku lirih  “ bangun,…ayo bangun ra …. sudah ku bangunkan istana luar biasa yang kau inginkan … sudah ku bangunkan sebuah kamar dengan kaca jendela full dengan tirai warna ungu, sudah ku buatkan balkon yang luas agar kita bisa meletakan ayunan di atas sana, dan mengobrol menghabiskan senja” kataku lirih dengan mengontrol emosiku, aku kalut dibuatnya,
“ Ya tuuhaaan …” eluhku dalam geraman bibirku yang bergetar. Jika bisa akan ku gantikan posisimu sekarang akan ku gantikan kau sekarang, jika tuhan mampu bernegoisasi denganku, akan ku tebus nyawamu, dengan apapun yang aku miliki… aku mencintaimu ra … benar benar mencintaimu. Jangan tinggalkan aku dengan cara sperti ini, kau boleh mencaciku, memakiku, tetapi jangan tinggalkan aku, aku tak bisa hidup tanpa kau … kau separuh nyawaku ra …
aku manangis sejadinya, ku tumpahkan semua kesedihan dan psakitanku melihatnya.
“ ada titipan untukmu… “ kata mas ipar rahajeng sembari memberiku sepucuk surat berwarna biru laut kepadaku. Aku menatapnya,belum sempat ku ambil
“ Dari dek ajeng … untukmu … “

ku ambil surat itu lalu ku buka , harum khas parfumnya menyeruak ketika kubuka sampulnya, tertulis kata “Untukmu … Pencintaku”
Ku buka perlahan dan ku mulai membaca



Untukmu Pemujaku,
Mungkin ketika kau membaca ini  aku sedang dalam perjalanan jauh untuk menemui penciptaku, maaf jika hanya ini yang sanggup ku berikan kepadamu selama ini. Aku hanya kayu lapuk yang tak pantas untuk kau perjuangkan sedemikian rupa, aku hanya seonggok batu kerikil yang tak pantas untuk kau perjuangkan mati matian di pulau seberang hanya untuk menebusku dan hidup bersamamu, tidak … aku tidak pantas untuk kau perlakukan seperti itu. Maaf jika aku tak pernah menenggok dan melihatmu, maaf jika aku tak pernah memperhitungkan cintamu dan mengaharghai pengorbananmu yang kau tata rapi. Maaf … aku memang wanita tak tau diri yang hanya mementingkan diri sendiri, tak peduli dengamu, tak peduli dengan keadaanmu, tak peduli dengan pengorbananmu,… aku juga tak mengerti mengapa Tuhan tak menganugrahkan cinta kepada hatiku untuk bersamamu, Mengapa Tuhan tak memerintahkan malaikat jibril untuk memberikan benih cintanya kepada hatiku untukmu, aku tak mengerti , beberapa kali ku coba untuk mencintaimu , berulang kali aku mencoba belajar mencintaimu … tapi aku rasa aku tak mampu, aku tak bisa membohongimu dengan ketulusan yang kau berikan kepadaku. Aku tak mau menyakitimu , meskipun selama ini aku hanya bisa menyakitimu,hahaha aku memang wanita janahanam untukmu, masi ingat tentang cacian dan makianku ketika kita direstoran waktu itu? Aku hanya ingin kau mengerti bahwa aku tak ingin menyakitimu … lebih baik kau ku sakiti , daripada aku berbohong mencintaimu, itu akan lebih menyakitimu, tapi kau benar benar laki – laki tangguh dan luar biasa, ku akui jika kau laki – laki sempurna jika menjadi pasangan seorang wanita. Tapi maafkan aku yang tak mampu membalas setetes rasa cinta yang kau berikan kepadaku. Jika aku mampu mengontrol hatiku, aku ingin mencintaimu, aku ingin membalas cintamu, aku berusaha, tapi tak bisa …. Maafkan aku, ….
Aku hanya ingin meminta maaf kepadamu atas dosa yang pernah ku lakukan kepadamu, maafkan aku agar aku mampu berjalan dengan tenang, agar aku mampu menjalani kehidupanku selanjutnya dengan nyaman, kelak jika kita ada di hidupan yang baru , aku berjanji akan ku pinta kepada Tuhan untuk menyuratkan kita untuk bersatu, semoga kau menemukan bidadari luar biasa daripada diriku, maafkan aku … dan Terimakasih telah mencintaiku …


                                                                                      Dariku Untukmu 

Aku menangis dibuatnya, airmataku tak terbendung, ku tutup sepucuk surat itu, ku kecup keningnya , “aku memaafkanmu, tak ada yang perlu dimaafkan , aku tulus mencintaimu…” kataku lirih ku bisikan ditelinganya sebelah kiri, namun tiba tiba “ tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiitttt…….” Suara elektrodiamografnya berbunyi dan bergambar garis lurus. aku terisak dalam tangisku, airmataku benar benar mengalir tanpa komando aku terisak sejadinya dalam ruangan, semua medekatiku dan mengusap bahu , aku memeluk tubuhnya, 6thn aku ingin memeluk tubuhnya  , tapi hari ini, aku mampu memeluk tubuhnya ,iya … aku memeluk tubuhnya dengan keadaan berbeda , aku mencintaimu Ra ….

0 komentar:

Posting Komentar