Pagi diawal bulan agustus , seperti biasa selepas sholat subuh aku masih mengobrol dengan mamah dan uti di dapur , dengan menyruput kopi menghilangkan rasa kantuk dan dingin hawa subuh."jadi, semua sudah siap?bajunya Diaz sudah siap?"
"itu masalahnya, ti...kemarin sudah dapat di madiun, tapi mas srek sekali meminjam di sini saja"
"tapi bagus bajunya?" tanya mamah sembari mengusap air wudhu yang masi menempel di wajahnya.
"emm .. lumayan..." kataku sembari menyruput cappucino tanpa coklat granule diatasnya.
"ya di cari dulu dingawi, kalo gak ada ya .. sudah pakai itu saja, apa boleh buat, toh menjahitpun sudah tak ada waktu"
aku hanya mengangguk, menyeruput bibir cangkir dan meniupnya perlahan.
"Jangan lupa nanti jam 9 sudah janjian sama mbak Thesa, uang katanya sudah bisa diambil hari ini" timpal uti mengingatkan
"harus hari ini?hari ini senin ti, pasti ramai sekali bank BRInya ,lagian aku hanya free sampai jam 10, setelah itu aku ada jam mengajar.... uti kan tau sekarang aku mengajar... "
"ya .. ijin sebentar , prosesnya kan ndak lama, "
aku hanya diam sembari terus menyruput cappucino yang sedari tadi mengepulkan asap hangat menyeruak kedalam hidungku.
ku lihat jam sudah menunjukkan pukul 06.00 waktu bersiap siap dan pergi ke kantor, mengajar TPA anak anak , lalu mengikuti upacara, selepasnya aku ijin kepada kepala sekolah dan berangkat ke Bank. ku parkir motorku dan aku duduk, masih sepi , masi berlabel tutup tapi pegawai sudah ada di dalam , beberapa nasabahpun sudah berlalu lalang, dan bercengkrama di depan pintu.
karena tak sabar aku mengunggu , kuputuskan untuk pergi dulu daripada harus menunggu , aku pulang sebentar untuk memfotocopy berkas yang selepas ini akan ku laporkan ke departemen agama.kurang lebih jam setengah 9 ku putuskan untuk pergi kembali kesana , demi sebongkah harapan untuk usahaku , serta untuk acara pernikahanku satu bulan lagi.
ku masuki ruangan AC bersuhu kurang lebih 20 derajat celcius dengan ragu, sebenarnya aku kurang mengerti alur dimana aku harus menemui, tapi ku putuskan mencari mbak Thesa dalam ruangnya.
"Mbak ...gimana?"tanyaku sembari melempar senyum di depan gadis cantik berhijab yang mirip sekali dengan artis korea itu
"oh .. langsung aja di depan mbak ... sama mas frendy" jawabnya tergopoh
"oh iya uda ... makasih mbak." kataku sambil berlalu dan pergi ke meja costumer servise yang di kerumuni oleh ibu ibu penenteng tas belanja khas sekali ibu ibu pergi kepasar.
aku ikut mengantri di belakang, ku pandangi laki -laki umur 20an itu duduk dengan kemeja putih tulang bergaris biru halus, dengan id card tertulis Frendy Chandra Pradita disebelah kiri berlabel BRI di atasnya,.
"mas , mau pencairan... " kataku sambil menatapnya.
"iya mbak ...KTP asli silahkan duduk di antrian nanti saya panggil" jawab mbak mbak sebelahnya. sepertinya team work karena memang berkas sudah sangat banyak di sana.
aku duduk di kursi tunggu, harap harap cemas semoga bisa lancar hari ini bisa cair tanpa kendala.
"ibu Rahajeng ...." namaku di panggil dengan nomer urut 3, menuju kursi dan duduk.
"Ibu Rahajeng ya?sudah punya buku tabungan?"kata laki - laki itu mas costumer servise itu menatapku. aku tertegun beberapa saat, hatiku sedikit bergetar ketika menatap matanya. tatapannya, seperti tak terlalu asing.
"belum mas ..." jawabku singkat dengan masi menatap matanya, teduh ..., iya ... sedikit tajam, mesra ?bukan ... tapi lebih sedikit aah ... susah untuk menggambarkan , tapi aku suka ... aku suka tatapan seperti ini. astafirulloh , aku berdosa , tidak seharusnya aku bergumam seperti ini. Tidak ...aku tidak suka , jangan di pandang lagi ... buang jauh jauh pikiranmu. sadar kau akan segera menikah.Guamku dalam hati.
"Baik mbak .. setelah ini di tulis disini ya saya pandu "aku hanya diam dan menuruti semua perintahnya, suaranya lembut , tutur katanya juga rapi tanpa ada kendala sedikitpun, mungkin memang sudah pekerjaannya.
" Iya sudah nanti ini di antrikan saja di teller ya mbak , bilang mau pencairan gitu"katanya sembari merekahkan senyuman gigi putih berjajar rapi.
deg...!!!Allah ya Rab .... sudahi aku dengan dengan semua ini, jauhkan mata hamba dari pandangan pandangan yang membuatku bimbang.Sembari ke tellerpun aku masi mengingat senyuman itu , tatapan itu meski aku berusaha untuk menutupinya Setelah pencairanpun aku di himbau kembali ke teller untuk mengurus ATM.
Demi apa Allah menyiksaku dengan pandangan yang sangat berdosa ini, ku langkahkan kaki ke custumer servise kembali ku menatapnya. dan mengurus ATM. ku isi seluruh berkas pengajuan , lalu dia tiba tiba bertanya ,
"mau menikah ya mbak?" tanyanya sembari mengisi blangko
"ha?iya mas ... kok tau?" jawabku sedikit canggung
"Dari mbak Thesa.. tadi saya tanya mbak Thesa .. "
"oh .... " Jawabku singkat
" Dapet orang mana mbak?"
"Ngawi mas ..."
"oh ... " Jawabnya mendeooh tanpa menatapku.
"Kerjanya dimana?"
"ha? PT Kereta Api "
"ooooh ... " Jawabnya lagi dengan mendeoh lagi
Aaashhhh pikiranku semakin tak karuan ,kenapa sedetail itu menanyaiku?dia tertarik padaku? atau hanya iseng menanyaiku? menanyaiku dengan kontexs terlalu pribadi? aahh... entahlah ... mungkin hanya iseng menanyaiku.
" Ini ATMnya bisa langsung dipakai"katanya sembari memberi kartu warna biru itu kepadaku
"iya .. makasih mas "
"iya mbak ... sama - sama " kataku sambil berlalu pergi dengan pikiran yang tak karuan. pikiran bertanya,sudahlah ... mungkin hanya perasaaanku. Jaga hati, Jaga pikiran , Jaga perasaan .... kau sudah termiliki jeng, guamku dalam hati. aku beristighfar sampai kantor semoga tak menjadi bimbang dan merubah niatku. Aku yakin perasaan ini akan berlalu.
aku masi melamun dalam jendela kamarku , sedikit memikirkannya , hanya sedikit.. ah .. mungkin hanya berpesona. aku juga hanya jatuh cinta dengan tatapan matanya ...
"kenapa? masi terbayang?" kata kakak semata wayangku dengan menepuk pundakku,
"hahaha tidak .. hanya saja dia terlalu menarik"
"hahaha tidak .. hanya saja dia terlalu menarik"
"haaah ... godaaan sebelum menikah, pasti ada .. seperti pohon, semakin tinggi .. angin semakin kencang, itu semua tergantung di sini ..." katanya sembari menunjuk dadaku
"hati?" tanyaku. kakaku hanya mengangguk dan tersenyum.
"yakinkan dalam hatimu ... bahwa pilihanmu , jauh dari apapun, karena menikah, bukan hanya untuk satu bulan atau dua bulan , tapi selamanya "
"hati?" tanyaku. kakaku hanya mengangguk dan tersenyum.
"yakinkan dalam hatimu ... bahwa pilihanmu , jauh dari apapun, karena menikah, bukan hanya untuk satu bulan atau dua bulan , tapi selamanya "
aku hanya tersenyum dan menghela nafas panjang... ku pasrahkan hidup dan matiku kepadamu Ya Rab
0 komentar:
Posting Komentar