Entahlah kenapa jemariku terasa gatal setelah melihat pertunjukan topeng monyet yang di gelar di pelataran rumah, bukan karena pertunjukan yang begitu menarik, dari aku berumur 5 tahun pertama kali aku melihat pertunjukan itu, sampe sekarang aku berumur 20thn , juga masi seperti itu, monyetnya masi terantai di lehernya, di iringi dengan gendang kecil mainan , tanpa ada birama ataupun nada, menuruti semua perintah sang tuannya, dari memperagakan kegiatan manusia berkaca, berbelanja, mendorong grobak, sampai koprol sperti layaknya sedang bermain reog, sesekali jika tak mau menuruti, kakek tua itu akan menarik dengan keras keras sebagai gertakan untuk monyet menurutinya, mungkin jika ada hitungan pahala untuk binatang, monyet itu akan mendapatkan pahala yang luar biasa menurut ku,bagaimana tidak, dia rela untuk berjungkelitan, ditarik tarik lehernya, meskipun dalam keadaan lapar, entah dia sudah sarapan atau tidak, aku sempat memikirkannya, hanya untuk membuat senyum mengembang bayi bayi adam di pelataran, iba... ya memang iba yang kurasa.apa lagi jika melihat kakek tua yang membawanya, mengayuh sepeda, terbesit tanya dalam hatiku, dimana sanak saudaranya? tapi yang sangat ku pertanyakan adalah anaknya? seperti apa anaknya sampai tega melihat ayahnya tetap berjuang di usia senjanya, usianya kira kira 78tahun, yang seharusnya sudah ada dirumah menikmati mas tua dengan cucu cucunya, tak bergelut dengan teriknya matahari dan peluh yang menetes permili dari dahi kerutnya.
keadaan yang memaksa, aku tau .. memang semua manusia di takdirkan dengan hidup yang tidak sama, jika semua sama , mungkin semua akan di takdiran sebagai presiden , jika semua di takdirakan sebagai presiden , siapa yang menjadi rakyatnya?
Tuhan memang maha Adil , jika tidak ada kakek itupun, mungkin topeng monyet di daerah kami sudah tidak ada, tak ada anak jaman sekarang yang mengenal topeng monyet, pertunjukan yang terkalahkan dengan kemajuan teknologi informasi yang di kemas apik dalam acara televisi. jika di survei sekarang anak yang berusaia di bawah 8thn , mungkin hanya beberapa yang pernah menonton topeng monyet, tapi jika ditanya apa mereka pernah melihat acara televisi sponge bob , atau upin dan ipin, akan hafal perepisodenya, tragis memang, teknologi sedang menguasai dunia. aku tak menyalahkannya, toh tak di pungkiri tanpa teknologipun akan benar benar mengerikan. tapi di era sperti ini, masi ada beberapa rakyat dari negara indonesia , yang bertahan melestarikan tapi tak di beri perhatian, bukankan itu juga termasuk kebudayaan indonesia? tengoklah negara mana yang mempunyai pertunjunkan topeng monyet, yang mau berkeliling kampun, desa kedesa, dengan upah seikhlasnya?? hanya indonesia , hanya di indonesia, negara terkaya dan termakmur , dengan sumber daya alam yang luar biasa, tapi rakyatnya di perbudak di negaranya, bukan untuk berfikir sok politis dan mengatur urusan negara, tapi aku hanya merasa iba dengan mereka, merasa tidak adil jika mereka di pandang sebelah mata, padahal kakek itu lebih layak di pandang daripada pemuda pemuda indonesia jaman sekarang, membanggakan kepunyaan orang tua, berfoya foya, narkoba, dan semua ritual ritual yang tak masuk akal. yang mampu menghancurkan negara, mungkin harusnya mereka malu, tak pantut untuk bangga , aku tau ... ini hanya untuk sebagian orang saja, tapi disini aku lebih sedikit memaksa, memaksa untuk kita membuka mata, mengapa orang asing selalu di pandang lebih daripada orang domestik , kalo kita amati, terlihat aneh, kenapa kita harus munduk munduk istilah jawanya, harus manut kepada tamu, padahal kita adalah tuan rumah di negara sendiri? kenapa kita yang jadi pembantu, padahal kita tuan rumah dirumah kita sendiri?
tapi perlu untuk di pahami , pemuda yang membaca blog ini, tengoklah seorang kakek tua yang berjuang di usia senjanya itu, dan lihatlah dirimu, sudah sampai mana , kalian memajukan diri kalian saat ini. negara ini ada ditanganmu, negara ini ada di pundak kanan dan kirimu, kembalikan pidato jas merah bung karno yang menjadi macan asia, kumandangkan lagi dengan lantang bahwa " INI DADAKU, MANA DADAMU" dengan membusungkan dada, tapi dengan kemampuan, bukan dengan kata kata cinta yang sudah merusak dan membutakan kornea mata.
0 komentar:
Posting Komentar