kulihat jam menunjukan jam 4 sore tapi mendung spertinya suda jenuh dengan tak kuasa ingin menumpahkan air bah yang di simpannya, ku tengadahkan wajahku dan ku penjamkan mata , mengirup udara sore yang menurutku tak lagi cerah itu, "ngarep apa?? ngarep duit jatoh?"
"semoga" jawabku tanpa membuka mata,
" uda bawa handuk , kenapa masi di luar? buruan mandi sono"
" nunggu hujan mbak, aku ingin mencium aroma hujan"
" asal gak numbuhin rasa galau aja"
" ha? ih sapa juga yang galau mbak? sorrry ye ..." kataku sembari menyambetkan handuk kepantat mbak.
" aku sedang berfikir mbak"
" berfikir tentang apa? tentang mantanmu yang bajingan itu? sudah lelah dek, aku sudah males mendengar ocehanmu tentangnya"
"yee ... emang hidupku cuma untuk membahas tentangnya? lebih bagus aku bercerita tantang spongebob dan peliharaannya gerry daripada aku bercerita tentangnya"
" wow , wow, wow sejak kapan adek ku ini emosian sekarang?"
"sejak mak lampir uda di iket cemeti amarasuri sama sembara"
" hahaha, lantas mikir tentang apa?"
"ini tentang keadilan mbak"
" hahaha , ada ada saja kau ini, ngerti apa kamu dek tentang keadilan?"
" iya, aku tidak mengerti sampai skrangpun aku tidak mngerti meskipun aku sudah mencoba mengerti mbak "
" di dunia itu tak ada yang adil dek, tak ada kata adil di dunia ini, tapi yang ada sesuai dengan porsinya, bukan adil"
"porsinya?" aku menatapnya heran.
" iya , intinya adil itu bukan menimbang sama berat tapi sama sesuai dengan kadarnya, sesuai dengan jatahyna itu yang dinamakan adil, itu juga dari sudut pandangku"
" berarti adil itu relatif mbak?"
"mungkin bisa dibilang begitu, ahhh sudahlah ... jangan terlalu memikirkan yang aneh aneh, seperti mau mencalonkan diri jadi pejabat pemeritah saja kamu ini , buruan mandi sana!"
"memangnya hanya pejabat yang harus mikir tentang keadilan?"
" bukan begitu juga, tapi keadilan itu identik dengan hukum dan politik dek, nek aku nuruti omongan kamu yang ada gak jadi tumis ini kangkungnya" katanya sembari pergi meninggalkanku yang masi mematung di depan pintu. Adil? iya kata yang sulit untuk dipahami, karena menimbulkan banyak versi, mungkin jika boleh aku berpendapat seperti aritoteles atau plato ketika mereka mendefiniskan tantang negara, mungkin ini adil menurut versiku, adil itu jika dalam kasta Hindu aku mampu menentukan kasta sudra atau brahma , aku tak memilih keduanya, jika dalam sebuah ajaran agama kita mampu memilih dan menentukan antara surga dan neraka , aku memilih untuk meniadakan keduanya. jika aku diperbolehkan mati atau pun hidup di dunia, aku tak akan memilih keduanya. dan aku lebih suka memilih hijau jika harus memilih hitam atau putih. adil bukan?atau malah tak punya pilihan? entahlah ... tapi jika kau bertanya kepadaku sperti apa adil itu , ya sperti itu menurutku, aku ingin bersifat adil dalam menentukan pilihan , aku ingin keadilan dalam sebuah keputusan , aku ingin seimbang , aku ingin balance antara kiri dan kanan , meskipun kita tak akan pernah bisa untuk menimbangnya menjadi dua bagian yang sama. tapi selagi kita mampu berbuat semampu mampunya adil menurut kita , itu akan lebih baik jika berpura pura adil tapi berat sebelah. Dunia memang tak pernah adil menentukan pilihan , dunia memang tak pernah adil jika di telaah dan di amati secara seksama, jika memang adil , kenapa penderitaan selalu tak pandang bulu, tapi kebahagiaan hanya ada untuk orang tertentu?angkat tanganmu dan katakan kepadaku jika kalian tau.
"semoga" jawabku tanpa membuka mata,
" uda bawa handuk , kenapa masi di luar? buruan mandi sono"
" nunggu hujan mbak, aku ingin mencium aroma hujan"
" asal gak numbuhin rasa galau aja"
" ha? ih sapa juga yang galau mbak? sorrry ye ..." kataku sembari menyambetkan handuk kepantat mbak.
" aku sedang berfikir mbak"
" berfikir tentang apa? tentang mantanmu yang bajingan itu? sudah lelah dek, aku sudah males mendengar ocehanmu tentangnya"
"yee ... emang hidupku cuma untuk membahas tentangnya? lebih bagus aku bercerita tantang spongebob dan peliharaannya gerry daripada aku bercerita tentangnya"
" wow , wow, wow sejak kapan adek ku ini emosian sekarang?"
"sejak mak lampir uda di iket cemeti amarasuri sama sembara"
" hahaha, lantas mikir tentang apa?"
"ini tentang keadilan mbak"
" hahaha , ada ada saja kau ini, ngerti apa kamu dek tentang keadilan?"
" iya, aku tidak mengerti sampai skrangpun aku tidak mngerti meskipun aku sudah mencoba mengerti mbak "
" di dunia itu tak ada yang adil dek, tak ada kata adil di dunia ini, tapi yang ada sesuai dengan porsinya, bukan adil"
"porsinya?" aku menatapnya heran.
" iya , intinya adil itu bukan menimbang sama berat tapi sama sesuai dengan kadarnya, sesuai dengan jatahyna itu yang dinamakan adil, itu juga dari sudut pandangku"
" berarti adil itu relatif mbak?"
"mungkin bisa dibilang begitu, ahhh sudahlah ... jangan terlalu memikirkan yang aneh aneh, seperti mau mencalonkan diri jadi pejabat pemeritah saja kamu ini , buruan mandi sana!"
"memangnya hanya pejabat yang harus mikir tentang keadilan?"
" bukan begitu juga, tapi keadilan itu identik dengan hukum dan politik dek, nek aku nuruti omongan kamu yang ada gak jadi tumis ini kangkungnya" katanya sembari pergi meninggalkanku yang masi mematung di depan pintu. Adil? iya kata yang sulit untuk dipahami, karena menimbulkan banyak versi, mungkin jika boleh aku berpendapat seperti aritoteles atau plato ketika mereka mendefiniskan tantang negara, mungkin ini adil menurut versiku, adil itu jika dalam kasta Hindu aku mampu menentukan kasta sudra atau brahma , aku tak memilih keduanya, jika dalam sebuah ajaran agama kita mampu memilih dan menentukan antara surga dan neraka , aku memilih untuk meniadakan keduanya. jika aku diperbolehkan mati atau pun hidup di dunia, aku tak akan memilih keduanya. dan aku lebih suka memilih hijau jika harus memilih hitam atau putih. adil bukan?atau malah tak punya pilihan? entahlah ... tapi jika kau bertanya kepadaku sperti apa adil itu , ya sperti itu menurutku, aku ingin bersifat adil dalam menentukan pilihan , aku ingin keadilan dalam sebuah keputusan , aku ingin seimbang , aku ingin balance antara kiri dan kanan , meskipun kita tak akan pernah bisa untuk menimbangnya menjadi dua bagian yang sama. tapi selagi kita mampu berbuat semampu mampunya adil menurut kita , itu akan lebih baik jika berpura pura adil tapi berat sebelah. Dunia memang tak pernah adil menentukan pilihan , dunia memang tak pernah adil jika di telaah dan di amati secara seksama, jika memang adil , kenapa penderitaan selalu tak pandang bulu, tapi kebahagiaan hanya ada untuk orang tertentu?angkat tanganmu dan katakan kepadaku jika kalian tau.
0 komentar:
Posting Komentar