Tatapanku tak lepas dari rintik rujan yang menjatuhi kakiku, dingin, tapi tak sedingin hatiku, ku hirup aroma basah yang menyergap di hidungku, ku masi bertahan dengan posisiku, tidur dan membiarkan kakiku tergerai di luar jendela dan bercumbu dengan air hujan. lantunan lagu beautiful in white mengiringi rasa kegalauan yang kurasakan. sebenarnya aku benci dengan keadaan sperti ini, hujan, mendengarkan lagu romantis itu sangat menyakitkan. kenangan itu satu persatu terkuak dengan sendirinya , luka iku kembali menganga dengan canda tawa, tangis yang mendera dalam satu wadah yang tumpah dengan kesengajaan. ku coba mengalikan perhatianku, namun spertinya sulit , kenangan itu terlalu kuat mencengkram pikiranku sperti gurita yang enggan utnuk melepaskan tentakelnya di mangsanya,
13 Desember 2012 , " aku akan menangih janjimu ketika kita bertemu kelak"
ia hanya menganggukan kepala , "emang tau janjimu apa?" kucoba memastikan
" tanggal 1 januari di stadion manahan untuk mengulanginya"
aku hanya tersenyum , ku rekatkan pelukanku semakin dalam, senang? rasa itu sudah lenyap beberapa jam lalu, setelah kebusukannya terungkap. setelah kebohongan dan sandiwaranya yang terbungkus rapi itu ku ketahui, seperti skandal skandal kasus yang menyebabkan lengsernya soeharto. jika mampu di ibaratkan aku seperti keledai yang nurut kepada majikan untuk masuk kedalam sumur yang katanya terdapat banyak skali rumput. sbenarnya aku tau itu , tapi aku mengabaikan perasaan itu. aku tau jika dia hanya mendusta kepadaku, aku tau jika dia hanya menhibur dan menenangkanku sesaat saja , begitukan? spertinya memang begitu,
setiba di terminal, ia memarkir motornya dan mengandengku menuju bis untuk pulang, dia begitu semangat untuk mengantarkanku pulang, semangat untuk bertemu denganku untuk yang terakhir kalinya,.
ku duduk si bangku 3 set si pojok dekat jendela , sengaja , agar ku mampu menyembunyikan air mataku yang begitu sulit untuk aku bendung, kami membisu sesaat.
"aku terlalu bodoh untuk tidak mengakhirnya dari dulu" air mataku tak mampu terbendung
dia tetap membisu dengan wajah tak bersalahnya,
"dan bodohnya aku benar benar mencintaimu, tapi kau membunuhnya scara perlahan , terimakasih" kataku degan membuang pandanganku ke jendela
"aku juga mencintaimu ... kata siapa aku tak mencintaimu"
hatiku benar benar sperti terhujamkan sebuah tombak dan menancapkan dan mencabutnya scara intesn sperti sedang membunuh ikan hiu yang sulit untuk mati
aku terisak dalam tangisku, benar benar sesak nafas , luar biasa sesaknya , aku tak bisa berenti untuk menghentikan luapan air mata .dia mengegenggam tanganku erat, dan berkata " kamu bisa tanpaku"
aku sperti di biarkan aku terjun dari lantai 17 dan membiarkan kepalaku jatuh terlebih dahulu , dan ku merasakan aliran darahku mengalir dari tengkorak kepalaku,
bunuh diri dengan caraku sendiri. ini lebih kejam daripada pembunuhan berkedok perampokan.
"beep beep " handphoneku berbunyi tanda sms masuk , membuyarkan lamunanku yang menyakitkan itu.
ku hela nafasku agar aku mampu bernafas dengan normal, dan mengurangi sesak yang masih sedikit kurasakan . menutupnya rapat rapat dan membuangnya jauh jauh dari kehidupanku, AKU SUDAH KALAH JUDI DENGAN MEMPERTARUHKAN SEMUA YANG KU MILIKI.
0 komentar:
Posting Komentar