ku langkahkan kakiku pelan - pelan di lantai putih , dengan khas bau obat obatan,. aku duduk di ujung bangku putih dengan mendekap erat perut yang menyiksaku seharian ini. wajahku pucat, bibirku membiru menahan perut yang sedari tadi tak kunjung mau untuk bernegoisasi denganku. kepalaku pusing bukan hanya pusing, tapi ini sampai pening. aku sudah menahannya seharian tapi semakin ku tahan , aku semakin tak tenang, seperti ada sesuatu yang sedang mengasah pisau di dalamnya.
"Nona Rahadya ...."
"Ya ..." aku berdiri dari tempat duduku dan menghampir gadis manis berpakai serba putih itu. disuruh duduknya aku, di tanya berapa umurku, dan di tensi tekanan darahku
"110 / 90 ,kelas berapa mbak?"
"ha? uda kerja lhoh aku mbak "jwabku shock , semuda itukah aku?sampe d kira masi anak usia sekolah?
"lhoh? iya to? kerja dimana?"
"di sekolah dasar mbak"
"oo... guru? wah ... bu guru kecil "
"hahaha , bukan mbak , masi belajar "
" ditelateni aja mbak, di tunggu dulu ya mbak, nanti saya panggil lagi "
"iya mbak" jawabku sambil beranjak dari kursi dan pindah ke kursi tunggu, berjajar dengan calon calon penghuni surga, dan ku putuskan untuk duduk di sebelah mbak memakai baju hamil warna pink, kalo dilihat dari besarnya perut , mungkin suda memasuki usai 5 samapai 6 , parasnya cantik , kulit kuning langsat, hidungnya mancung, rambutnya sebahu hitam dan tebal,serasi dengan baju yang dia kenakan. aku mengambil duduk di seblahnya dan tak sengaja bertatap mata, ku lemparkan senyum spontan.
" antrian brapa mbak?"tanyaku sambil memegangi perutku
"13 , adeknya?"
" 16 mbak"
"owh ...." jawabku
" uda berapa bulan mbak?"
" jalan 7 dek " jawabnya malu sembari mengelus perutnya yang kira kira kalo di ukur sebesar bola basket yang di masukan kedalam perut.
"owh ... 7 ya mbak? katanya cowo atau cewe mbak?" tanyaku sambil mengelus perutnya,
" katanya cwe ... " jawabnya seembari tersenyum bangga, seperti seorang pelomba yang akan mendapatkan juara.
" wah... cewe ya? biasanya kalo cewe itu seru ya mbak , bajunya lucu lucu, gedean dikit dikasi pita hahaha "
kami mengobrol sekenannya, membahas seputar kehamilan sampai harga sembako yang lagi naik gila gilaan sekarang , intinya uda kayak ibu dharmawanita yang lagi PKK, hingga akhirnya giliran mbak , (yang sampai skrnag aku belum tau namannya) di perikasa, aku duduk sendiri, meringgis sembari mendekap perutku layaknya diare, tapi aku tak sedang diare, aku sedang datang bulan, entah mengapa penyakit perempuan ini sangat menyiksaku setiap bulan, selalu menghantuiku dengan hujaman rasa nyeri yang tersudut kanan dan kiri rahimku, seperti ada cacing besar yang sedang berdansa ,dan berbalet ria di dalam sini.
"nona Rahadya"
namaku dipanggil juga, aku bersama eyang pergi kesana , ku masuki ruangan yang lagi lagi serba putih itu, terlihat sosok tinggi , semampai dengan wajah lonjong berkacamata, mengenakan jas warna putih stetoskop di lehernya , dan papan nama bertuliskan "Qolbi Akbar", Wajah teduh, sabar, dan ramah sekali. setelah mengutarakan keluahanku, aku dipersilakan untuk berbaring utntuk di USG ada apa dengan perutku,rasanya dingin,tapi sedikit sakit ketika ditekan tekan.
"ada kista, ... tapi masi kecil kok"
" kista dok" tanya eyang ragu untuk memastikan,
" inggih buk, tapi kecil kok, belom besar"
"bahaya dok?"tanyaku
" enggak , masi kecil,mungkin kalo di kasi obat akan keluar"
aku menghela nafas lega ... namun pikiranku terus berfikir, darimana aku bisa punya penyakit sperti itu, tak ku sangka bahwa aku akan mengidapnya, meskipun kecil, tapi benda itu adalah benda yang paling tidak diharapkan , apa lagi bagi seorang wanita. tapi ini kenyataan yang musti dijalani. aku mampu untuk menjalaninya ,aku bisa melawannya, aku mampu,ku meyakinkan hati dan menyemangati diri sendiri. selama perjalanan pulang aku masi memikirkannya, mataku tak mampu lepas dari kaca jendela mobil yang memberikan bayangan hitam dengan bintik bintik cahaya yang redup redam dijauh sana, pikiranku melayang kemana - mana , bagaimana? mengapa?sperti apa?dan kenapa? lalu akan jadi sperti apa? itu slalu berkutat di kepalaku. belum juga sembuh luka dalamku, belum juga sembuh aku memperban luka yang bersarang di jantung dan dadaku,kini DIA mengujiku dengan ini, aku tak pernah mengerti rencananya, aku tak penah mengerti apa yang akan di Tunjukkannya kepadaku, tapi benar benar seperti di hujani batu kerikil tajam dan duri duri yang satu persatu tertusuk dan menempel di badanku, hingga membuatku sulit untuk mencabutnya,dan perlu waktu lama untuk mengobati satu persatunya. butuh proses , butuh kala dalam kehidupannya, seperti halnya bumi yang mengitari matahari, berevolusi , bercumbu dengan orbit dalam tatanan galaksi bima sakti. lagi lagi aku dipaksa untuk menjalaninya , lagi lagi aku dipilihkan naskah yang musti aku jalani, mungkin benar jika hidup itu sperti halnya diperkosa, mau tidak mau, enak tidak enak , musti dan harus dijalani, dan tak dapat dipungkiri, terkadang takdir itu lebih menyakitkan daripada kematian.
"ha? uda kerja lhoh aku mbak "jwabku shock , semuda itukah aku?sampe d kira masi anak usia sekolah?
"lhoh? iya to? kerja dimana?"
"di sekolah dasar mbak"
"oo... guru? wah ... bu guru kecil "
"hahaha , bukan mbak , masi belajar "
" ditelateni aja mbak, di tunggu dulu ya mbak, nanti saya panggil lagi "
"iya mbak" jawabku sambil beranjak dari kursi dan pindah ke kursi tunggu, berjajar dengan calon calon penghuni surga, dan ku putuskan untuk duduk di sebelah mbak memakai baju hamil warna pink, kalo dilihat dari besarnya perut , mungkin suda memasuki usai 5 samapai 6 , parasnya cantik , kulit kuning langsat, hidungnya mancung, rambutnya sebahu hitam dan tebal,serasi dengan baju yang dia kenakan. aku mengambil duduk di seblahnya dan tak sengaja bertatap mata, ku lemparkan senyum spontan.
" antrian brapa mbak?"tanyaku sambil memegangi perutku
"13 , adeknya?"
" 16 mbak"
"owh ...." jawabku
" uda berapa bulan mbak?"
" jalan 7 dek " jawabnya malu sembari mengelus perutnya yang kira kira kalo di ukur sebesar bola basket yang di masukan kedalam perut.
"owh ... 7 ya mbak? katanya cowo atau cewe mbak?" tanyaku sambil mengelus perutnya,
" katanya cwe ... " jawabnya seembari tersenyum bangga, seperti seorang pelomba yang akan mendapatkan juara.
" wah... cewe ya? biasanya kalo cewe itu seru ya mbak , bajunya lucu lucu, gedean dikit dikasi pita hahaha "
kami mengobrol sekenannya, membahas seputar kehamilan sampai harga sembako yang lagi naik gila gilaan sekarang , intinya uda kayak ibu dharmawanita yang lagi PKK, hingga akhirnya giliran mbak , (yang sampai skrnag aku belum tau namannya) di perikasa, aku duduk sendiri, meringgis sembari mendekap perutku layaknya diare, tapi aku tak sedang diare, aku sedang datang bulan, entah mengapa penyakit perempuan ini sangat menyiksaku setiap bulan, selalu menghantuiku dengan hujaman rasa nyeri yang tersudut kanan dan kiri rahimku, seperti ada cacing besar yang sedang berdansa ,dan berbalet ria di dalam sini.
"nona Rahadya"
namaku dipanggil juga, aku bersama eyang pergi kesana , ku masuki ruangan yang lagi lagi serba putih itu, terlihat sosok tinggi , semampai dengan wajah lonjong berkacamata, mengenakan jas warna putih stetoskop di lehernya , dan papan nama bertuliskan "Qolbi Akbar", Wajah teduh, sabar, dan ramah sekali. setelah mengutarakan keluahanku, aku dipersilakan untuk berbaring utntuk di USG ada apa dengan perutku,rasanya dingin,tapi sedikit sakit ketika ditekan tekan.
"ada kista, ... tapi masi kecil kok"
" kista dok" tanya eyang ragu untuk memastikan,
" inggih buk, tapi kecil kok, belom besar"
"bahaya dok?"tanyaku
" enggak , masi kecil,mungkin kalo di kasi obat akan keluar"
aku menghela nafas lega ... namun pikiranku terus berfikir, darimana aku bisa punya penyakit sperti itu, tak ku sangka bahwa aku akan mengidapnya, meskipun kecil, tapi benda itu adalah benda yang paling tidak diharapkan , apa lagi bagi seorang wanita. tapi ini kenyataan yang musti dijalani. aku mampu untuk menjalaninya ,aku bisa melawannya, aku mampu,ku meyakinkan hati dan menyemangati diri sendiri. selama perjalanan pulang aku masi memikirkannya, mataku tak mampu lepas dari kaca jendela mobil yang memberikan bayangan hitam dengan bintik bintik cahaya yang redup redam dijauh sana, pikiranku melayang kemana - mana , bagaimana? mengapa?sperti apa?dan kenapa? lalu akan jadi sperti apa? itu slalu berkutat di kepalaku. belum juga sembuh luka dalamku, belum juga sembuh aku memperban luka yang bersarang di jantung dan dadaku,kini DIA mengujiku dengan ini, aku tak pernah mengerti rencananya, aku tak penah mengerti apa yang akan di Tunjukkannya kepadaku, tapi benar benar seperti di hujani batu kerikil tajam dan duri duri yang satu persatu tertusuk dan menempel di badanku, hingga membuatku sulit untuk mencabutnya,dan perlu waktu lama untuk mengobati satu persatunya. butuh proses , butuh kala dalam kehidupannya, seperti halnya bumi yang mengitari matahari, berevolusi , bercumbu dengan orbit dalam tatanan galaksi bima sakti. lagi lagi aku dipaksa untuk menjalaninya , lagi lagi aku dipilihkan naskah yang musti aku jalani, mungkin benar jika hidup itu sperti halnya diperkosa, mau tidak mau, enak tidak enak , musti dan harus dijalani, dan tak dapat dipungkiri, terkadang takdir itu lebih menyakitkan daripada kematian.
0 komentar:
Posting Komentar