RSS

KETIKA HARI ITU DATANG


Hari ini, hari yang tak akan pernah kulupakan dalam sejarah hidupku. Setiap detiknya akan terikat kuat di albumin-albumin otakku. Seperti sebuah syair yang tak akan pernah meninggalkan rimanya. Dalam hari ini akan terukir merdu setiap alunan music yang ku dengar, akan selalu ku ingat setiap pengal suku kata yang terucap, dan tak akan pernah kutinggalkan setiap prosesi acara yang akan aku jalani untuk memulai meniti hidup baru.
Pelaminan nan agung tergelar dihadapanku, rangkaian bunga-bunga hidupnya seperti mahkota kemolekan bidadari. Tahta kursi singgasana seperti senyum simpul sang penyair yang melambai-lambaikan tangannya, seraya mengajakku untuk segera bartahta disana.
Jajaran kursi-kursi tamu yang berbaris dan berderet rapi, bak prajurit-prajurit yang siap berperang tegak berbanjar tanpa melewatkan barisannya. Tenda yang terbentang luas diatas kepalaku megah bagaikan kerang raksasa yang siap menaungiku dari hujan dan badai. Aku berbisik kelu dalam pemandangaku. Setiap degub jantungku mengalir bait-bait syukur yang tiada terkira, dalam setiap aliran darahku mengalir butiran-butiran ayat-ayat tasbihku kepada Allah, betapa indah dan mulianya Engkau, hingga menghadirkan keajaiban yang begitu menawan dalam pandanganku saat ini.
“ Pernikahanmu akan menjadi pernikahan termegah di desa kita, Ngga !” kata Sekar mengejutkan.
“ Kata siapa?” tanyaku sambil tersenyum. “Biasa saja. Tapi memang untukku ini terlalu berlebihan.” Jawabku lemah.
“ Kenapa? Apa kamu tidak dengan pernikahan ini?” tanyanya lagi sembari merapikan jilbabku yang berwarna putih bersih yang berhiaskan mahkota indah di atasnya
“ bukan Senang atau tidak. tak ada wanita yang tidak bahagia dengan  pernikahan seperti ini.  ”
“ Lantas?” tanyanya sembari membantuku memakai kebayaku
“ Ini adalah pernikahan kakakku.”
Dia tiba tiba berhenti merapikan mahkota diatas jilbabku  dan menatapku.
“ Semua pernikahan ini kakakku yang merancangnya, setiap detailnya, bahkan sampai hiasan jilbab yang akan kupakai ini. juga dia yang memilihkannya untukku.”
dia diam , menatapku dengan tidak mengertian dengan apa yang aku katakan.
“ Pernikahan ini sebenarnya adalah pernikahan kakakku yang tak pernah terwujud. Dia mewujudkan pernikahanku ini seperti pernikahan yang selama ini menjadi impiaannya,dia benar - benar mencintaiku." tak sengaja menitikkan air mata
" jadi kau tidak menyukainya? "
" bukan .... kar .. bukan .... tapi aku merasa, ini bukan pernikahanku, aku hanya ingin menggelar pernikahan sederhana, sakral, bukan seperti ini.aku tak mau kakak membuang uangnya hanya untuk kebahagiaanku, sebagai penyalur kebahagiaannya yang terpupuskan oleh masalalunya"
" Karena kakak tidak menggelar acara pernikahan sperti ini dulu? " tanya Sekar memastikan kemana pembicaraanku. aku menghela nafas dan mengambil tempat duduk di depan meja riasku.
“ Kakakku tidak pernah menginginkan pernikahan seperti pernikahannya dulu, semua itu dia lakukan karena keterpaksaan, dia sudah hamil 2 bulan. Dan janin itu tidak bisa digugurkan. Pacarnya mendesak untuk menikahinya secepatnya, tapi orang tuaku menentangnya. Orang tuaku menginginkan kakakku menikah setelah selesai S1. Atau paling tidak setelah pacarnya mendapat pekerjaan yang lebih baik. Pernikahan itu, digelar seadanya saja, dengan kemarahan ibuku, dengan segala keterbatasan ibuku sebagai seorang janda yang menikahkan putri kebanggaannya dengan tanpa persiapan dan penuh rasa kecewa. dengan suasana yang begitu sulit kugambarkan, dengan tatapan sinis para tamu undangan, dengan gumaman dan tanya dari para tamu, dan dengan kesederhanaan dan jauh dari pernikahan yang selama ini dia bayangkan sejak kecil.” Kataku sambil menerawang jauh. “Kakakku yang merasa sangat bersalah tidak berani mengatakan keinginannya yang sesungguhnya atas prosesi pernikahannya. Dia pasrah terbungkam oleh amarah orang tuaku. Dia hanya tertunduk pada rasa bersalah yang begitu besar karena telah mengecewakan orang tuaku.” Kataku sambil menyeka air mataku.
“ lalu?”
“ Lalu, dia akhirnya menikah dengan menahan perih atas luka dan hujatan sinis setiap sudut dunia, tidak ada tempat pandangan mata untuknya. Betapa menyakitkan lagi, ketika pernikahannya harus disembunyikan dari keluarga besarku, tak ada satu keluarga pun yang diundang datang pada pernikahan itu, bahkan Om Rudi, orang yang selama ini menjadi sandaran ibuku dan telah dianggap sebagai pengganti ayah oleh kakakku, juga tidak diberi tahu. Hal ini dilakukan karena orang tuaku terlalu malu mengakui kesalahan kakakku yang tadinya begitu dibanggakannya akan bisa mengangkat derajad orang tuaku.”
“ Setelah itu apa yang dia lakukan?”
“ Dia hidup bermuka tembok,dan menahan sejuta hujaman perih sakit hati yang dia terima tanpa mengeluh dan bercerita pada siapapun.  Dia terus berusaha untuk membuktikan pada dunia bahwa dia bisa bangkit dari keterpurukan itu. Dia tetap melanjutkan kuliahnya sampai selesai dengan biaya dari mertuanya, kemudian dia membuka tempat les, dan meneruskan pekerjaanya sebagai guru seperti yang telah ia cita-citakan sejak lama.”
“ Lalu dia berhasil?”
“ Seperti yang kamu lihat sekarang? Tergolong berhasilkah kakakku yang mampu membiayai seluruh pernikahanku ini, seperti yang tampak hadapanmu?”
Sekar tersenyum , tatapannya mengambang , seperti film dokumenter yang di putar ulang.
“ Tapi, perjalanan hidupnya tidak semudah yang aku ceritakan, tidak juga semudah yang dapat kamu terjemahkan dalam otakmu yang hanya sekepal itu. Seandainya dia bisa memilih mungkin dia tidak ingin menghadapi takdir yang begitu menyakitkan, kar. terkadang , aku membenarkan jika dulu ibu sering membandingkanku dengan kak Niar, karena dia memang luar biasa, lebih luar biasa daripada aku”kataku sembari menatap sahabat yang paling setia mendengar ceritaku
“ Ternyata memang benar hidup ini tak seindah yang kita bayangkan, ya!”kata Sekar dengan menghela nafas panjang
“ aku kadang merasa ingin seperti dia, tapi pasti aku tak bisa.”
“ Setiap orang pasti memiliki jalan takdirnya sendiri. Allah telah mengaturnya sejak kita ditiupkan ruh kita dalam kandungan." kata Sekar masi dengan senyum keibuannya yang aku rindukan
Aku hanya mengangguk sebagai tanda bahwa aku menyetujui apa yang dia katakan.
kembali ku pandangi diriku dalam cermin, sebuah cermin yang memantulkan gambar seorang gadis yang sedang berbunga-bunga, berdandan secantik rupa untuk sebuah acara yang paling bersejarah dalam hidupku. Rambut yang terbalut jilbab warna putih kesukaanku, bertahtakan intan, dan bunga-bunga semerbak mewangi bau melati . Aura bidadari kini menjadi bedak bertaburan dalam tubuhku hari ini. iya ... aku seorang putri hari ini. Hidupku akan berawal dari sini , dari ucapan sakral dari seorang adam yang menjadi pendamping hidupku selamanya.
Dalam balutan gaun putih berpayet aku melenggangkan kaki berjalan mondar-mandir di depan cermin sambil sedikit risau mendengarkan sayup-sayup lantunan ijab qabul yang sedang dituturkan. Degup jantungku mereda ketika terdengar saksi mengucapkan “ Sah! “.
“Alhamdulillah!” sujud syukur spontan kulakukan untuk mengungkapkan luapan kegembiraanku.
“ ayo, Mbak Jingga ! Waktunya temu pengantin.” Suara juru rias mengagetkan aku.
Tanpa banyak komentar aku mengikuti langkahnya, menuntunku keluar kamar. Dan tak tertinggal suara degup jantung dan derasnya peluh selalu setia menemaniku sepanjang hari ini. Seperti terseok-seok jalanku oleh gaun yang begitu berat. Tak henti kutasbihkan kehadirat yang maha kuasa agar aku diberikan kekuatan untuk menjalani semua ini. Masa lajangku telah terlepas, sudah waktunya seluruh hidupku ada yang memiliki dan mendampingi. Dalam hati aku selalu berdoa supaya suamiku menjadi imam yang baik untukku dan anak-anakku kelak. Segala harapan itu bergelayut terus mondar-mandir dalam kepalaku berputar-putar bagaikan burung yang lupa akan sarangnya.entah mengapa hatiku miris menemani langkahku, airmataku tak mampu ku bendung dalam perjalanan menemui suamiku. semua mata tertuju padaku. semua orang memandangku. laki - laki tang manjadi pilihan hidupku. yang akan menemaniku hingga aku menjemput ajalku.aku menghampiri mamah yang menyambutku dengan wajah sembabnya.mamah menggandeng tanganku seraya berkata, “ kamu cantik sekali, nduk!”. Aku hanya tersenyum membalas pujian dari mamah
Di depan sana aku disambut oleh senyum ramah Kakakku yang berkebaya merah muda anggun. Tubuhnya yang tetap langsing tersiluet bertabrakan dengan sinar lampu yang menyala terang. Disampingnya tergandeng mesra kakak iparku yang sangat setia dan mencintai kakakku dengan segenap jiwanya.  Rasa cinta dan tanggung jawabnya itu kepada keluaga membuat setiap wanita pasti menginginkan dicintai seperti itu. Aku juga mengharapkan suamiku mencitaiku seperti dia mencintai kakakku. Meski aku tahu pada kehidupan awal pernikahan mereka ujian tiada henti menerpa dan nyaris saja memisahkan mereka. Tapi sekali lagi jalan Allah itu lebih indah. Jalan Allah telah menyelamatkan mereka dari laknat dunia dan akhirat. Mereka tersenyum menyambutku tak ada rasa iri ataupun dengki karena pernikahanku semegah ini, sementara pernikahan mereka seadanya.

Suara tabuhan rebana dan lantunan solawat terdengar nyaring terngiang penuh haru di lubuk hatiku. ku tatap mamah tak mampu membendung air mata yang mengalir di pelupuk matanya, perjuangannya yang tak penah padam dan gentar akan halangan untuk membesarkanku, menjadikanku sampai seperti ini, iya ... jangan kau tanya ibu mana terhebat di dunia ,aku akan menjawab ibukku bidadari mana yang tercantik di dunia? aku akan manjawab ibukku, jika suatu saat aku dapat terlahir kembali? aku hanya meminta satu hal , menjadi anak yang terlahir dari rahim seorang ibu sepertinya. mataku teralihkan pada sosok laki laki paru baya, garis garis wajahnya halus dan lembut menua , rambut memutihnya sudah tergambar di bagian kepala, laki - laki yang membuatku mampu terlahir di dunia, papah.... sosok yang selalu ku rindukan dan sekarang menyaksikan puncak kebahagiaanku. menjadi waliku yang menyerahkanku kepada calon imamku, yang menjadi penopang hidupku.
mataku mulai membasah , berair, dan memerah. ku tatap wajah laki - laki yang menjadi suamiku beberapa detik lalu, wajahnya redup, bahagia dan haru. tatapannya penuh cinta kepadaku, jika mampu di gambarkan mungkin matanya akan berkata " akhirnya kau milikku saat ini, dan tenanglah aku akan bersamamu selama hidupku ". ku tersenyum bahagia dan mencium tangannya, di giringnya kami ke tahta singgasana satu hari untuk kami, geber indah nan elok yang di siapkan bertahun tahun untukku oleh kakaku, benar benar kakak yang sempurna untukku. ku tatap tamu yang berjajaran di hadapanku, ku pandangi satu persatu. kedatangan mereka menjadi doa dan restu untuku menapaki perjalanan panjang. aku sudah menaiki kapal dan memilih nahkoda untuk menemaniku mengarungi samudra. " mah , terimakasih atas segala perjuangan yang kau berikan kepadaku sampai detik ini , terima kasih telah membesarkan ku, aku bahagia mah , akan ku coba hidupku dengan pendampingku.aku mencintaimu mah, aku mencintaimu" aku mulai bercucuran airmata memandang mamah yang tak berhenti memandangku dan meyeka airmata
" untukmu kakakku tercinta , terimakasih telah menjadi kakak yang luarbiasa untukku, terimakasih telah berjuang demi kebahagiaanku, terimakasih atas semuanya, aku mencintaimu ... sangat mencintaimu, terimakasih telah menjadi pagar besi untukku, terimakasih telah menjadi tiang beton untuk ku mampu berdiri. aku akan terbang mbak, aku akan pergi dari sarang, akan ku arungi seluruh dunia ini dengan pendamping hidupku yang telah kau restui. terimakasih ... maaf jika aku telah menjadi beban dan adik yang kurang  baik untukmu. maafkan aku..."
" untukmu ayahku yang paling aku cintai di dunia ini, terimakasih telah membuatku terlahir didunia yang begitu indahnya. terimakasih tentang segala yang kau berikan kepadaku. meski kau jauh dariku, tapi aku merasakan , aku merasakan semua kasih sayang yang kau berikan. aku mencintaimu pah ... aku mencintaimu"
" Untuk suamiku , aku memandangmu, dan memilihmu dari berjuta laki - laki di dunia ini. tapi Allah memilihkanmu untukku, itu artinya kau adalah yang terbaik untukku, menjadi pendampingku, tetaplah disampingku, tetaplah menjadi bahuku, tetaplah menyediakan dada ketika aku menangis, tetaplah menjadi obat penenang untukku, menemaniku hingga aku sampai di usia senja, dan terimakasih telah memilih dan mencintaiku"

0 komentar:

Posting Komentar