“ apa yang kau harapkan
dengan laki – laki seperti itu? “ katanya sembari menatapku dalam dalam
“lihat ibumu iki ndok , ibumu iki lo kere.... tak berpenghasilan ... otakmu iku ditaroh mana, mempercayakan kehidupanmu, kepada laki – laki tak jelas penghasilaannya seperti itu?ha?” katanya masi dengan menghardikku dan menunjuk nunjuk kepalaku. Aku masi terdiam dan mendengarkan setiap kata – kata yang terlontar dari mulutnya. “kau harusnya memilih laki – laki yang seimbang, kau tau? Seimbang? Bukan laki – laki yang belum bisa di pegang seperti dia, ayolah ... dimana pikiranmu itu??” dia masi menghardikku, menatap mataku.
“kau itu pegawai, seharusnya kau mengerti dengan statusmu itu, kau juga seharusnya tau bagaimana menempatkan posisimu. Kau memang tak tau diri , kau juga tak penah mengerti!”
aku masi mendengarkannya secara perlahan, memasukkannya dalam otakku. Aku salah memilih , bukan, tapi mungkin lebih tepatnya pilihanku tak sesuai dengan apa yangg ibu inginkan , iya lelaki pilihanku bukan pegawai, dia juga belum mapan dalam usahanya, tapi wajarlah dia masi sebaya denganku, belum mengerti dunia usaha sepenuhnya. “ aku tidak akan merestuimu jika kau tak dapat seorang PNS , ibu tidak suka kamu mempunyai hubungan dengan laki – laki gak jelas seperti dia, tidak berpenghasilan, ditaruh mana otakmu itu!!” tandas ibu sembari pergi dari kamarku, aku masi menatap lantai di bibir ranjangku, aku memandangi kakiku, dan meresapi seluruh perkataan yang ibu lontarkan , semua kata – katanya menghujam keras di hatiku, menusuk dalam di benakku, sepertinya aku telah melakukan kesalahan besar, sepertinya ku telah mecoreng wajah ibu didepan umum. Aku kira kegagalan ibu dengan ayah yang seorang PNS akan mengurungkan niatnya untuk mencari menantu seorang PNS , Aku kira dengan eluhan ibu tentang sikap – sikap seorang PNS akan menyusutkan keinginannya untuk memaksamu mencari pendamping hidup PNS, ya ... PNS ... seperti pekerjaan yang mendapat kasta brahmana di masyarakat desa. Tapi seharusnya bukan itu kan yang dicari? Sepertinya ibu melupakan tentang pengatur rejeki dan pengatur hidup seseorang , ibu lupa dengan Zat Maha Dasyat yang telah menentukan jodohku dari aku umur 3 bulan dalam rahimnya, kenapa ibu memaksaku untuk memiliki jodoh yang belum tentu di tuliskan untukku?aku masi bingung memikirkannya.
“tak usah terlalu dipikirkan” kata bulik sembari mengusap kepalaku,
“lihat ibumu iki ndok , ibumu iki lo kere.... tak berpenghasilan ... otakmu iku ditaroh mana, mempercayakan kehidupanmu, kepada laki – laki tak jelas penghasilaannya seperti itu?ha?” katanya masi dengan menghardikku dan menunjuk nunjuk kepalaku. Aku masi terdiam dan mendengarkan setiap kata – kata yang terlontar dari mulutnya. “kau harusnya memilih laki – laki yang seimbang, kau tau? Seimbang? Bukan laki – laki yang belum bisa di pegang seperti dia, ayolah ... dimana pikiranmu itu??” dia masi menghardikku, menatap mataku.
“kau itu pegawai, seharusnya kau mengerti dengan statusmu itu, kau juga seharusnya tau bagaimana menempatkan posisimu. Kau memang tak tau diri , kau juga tak penah mengerti!”
aku masi mendengarkannya secara perlahan, memasukkannya dalam otakku. Aku salah memilih , bukan, tapi mungkin lebih tepatnya pilihanku tak sesuai dengan apa yangg ibu inginkan , iya lelaki pilihanku bukan pegawai, dia juga belum mapan dalam usahanya, tapi wajarlah dia masi sebaya denganku, belum mengerti dunia usaha sepenuhnya. “ aku tidak akan merestuimu jika kau tak dapat seorang PNS , ibu tidak suka kamu mempunyai hubungan dengan laki – laki gak jelas seperti dia, tidak berpenghasilan, ditaruh mana otakmu itu!!” tandas ibu sembari pergi dari kamarku, aku masi menatap lantai di bibir ranjangku, aku memandangi kakiku, dan meresapi seluruh perkataan yang ibu lontarkan , semua kata – katanya menghujam keras di hatiku, menusuk dalam di benakku, sepertinya aku telah melakukan kesalahan besar, sepertinya ku telah mecoreng wajah ibu didepan umum. Aku kira kegagalan ibu dengan ayah yang seorang PNS akan mengurungkan niatnya untuk mencari menantu seorang PNS , Aku kira dengan eluhan ibu tentang sikap – sikap seorang PNS akan menyusutkan keinginannya untuk memaksamu mencari pendamping hidup PNS, ya ... PNS ... seperti pekerjaan yang mendapat kasta brahmana di masyarakat desa. Tapi seharusnya bukan itu kan yang dicari? Sepertinya ibu melupakan tentang pengatur rejeki dan pengatur hidup seseorang , ibu lupa dengan Zat Maha Dasyat yang telah menentukan jodohku dari aku umur 3 bulan dalam rahimnya, kenapa ibu memaksaku untuk memiliki jodoh yang belum tentu di tuliskan untukku?aku masi bingung memikirkannya.
“tak usah terlalu dipikirkan” kata bulik sembari mengusap kepalaku,
“aku salah memilih ya
bulik?” tanyaku kepada bulik
Ia hanya menggelengkan
kepala, “tidak ... semua orang bebas untuk memilih, semua orang boleh memilih
siapapun untuk menjadi pasangan hidupnya”
“tapi tak sesuai dengan
yang mamah inginkan bulik”tanyaku dengan mataku berkaca – kaca
“jodoh, rejeki, dan
mati ...itu Tuhan yang mengaturnya, kenapa kamu repot repot untuk
memikirkannya?”aku masi terdiam dan tertunduk memikirkkan
“kau tau? Kita hanya pemeran dalam sebuah film, tugas kita hanya menjalani skenario yang kita baca, tugas kita hanya menjalankan per adegan yang telah Tuhan tuliskan. Kita tidak berhak mengubah jalan cerita karena kita bukan penulis skenario, kita tidak bisa mengatur jalan cerita karena kita bukan sutradara. Kita hanya sebatas pemain yang menjalani segala sesuatu yang ingin diceritakan. Jadi tak perlu kau bersusah payah memikirkan dan mencoba untuk mengubah jalan ceritanya, biarkan Tuhan yang Maha Tau atas semua yang terbaik untuk kita”
airmataku menetes deras dari pelupuk mata, terjun bebas tanpa parasit yang menghadangi, seperti air bah yang tak terbendung di musim penghujan, entah apa yang aku tangisi,ada rasa takut kehilangan yang menelisip relung hatikuku. Aku masi bimbang dengan keyakinan di dalam hatiku, harus ku sudahi? Sperti yang mamah inginkan? Atau aku harus bertahan dengan badai yang menghadang? Hati masi goyah dan memikirkan masa depan, orang tua adalah tuhan tampak bagi kita ,aku tak mampu hidup tanpa mereka, aku juga tak sanggup menyakiti laki – laki yang begitu mencintaiku, laki – laki yang menjadi tersangka dalam keluarga kami, dan laki – laki tak berdosa akibat keegoan dan sudut pandang yang berbeda, tapi ini realita, musti di pikirkan secara nalar dan logika.tak ada orang yang mampu bertahan tanpa materi, tapi kita juga tak akan bahagia tanpa cinta, cinta? Hahaha aku terkadang bingung akan menempatkan benda satu itu disebelah mana dalam posisi kehidupanku selanjutnya. Aku tak ingin menyakitinya, aku tak ingin memupuskan angan terbesar dalam hidupnya, aku tak ingin membuatnya terpuruk untuk kedua kalinya, tapi ini ... harus segera di sudahi..
“kau tau? Kita hanya pemeran dalam sebuah film, tugas kita hanya menjalani skenario yang kita baca, tugas kita hanya menjalankan per adegan yang telah Tuhan tuliskan. Kita tidak berhak mengubah jalan cerita karena kita bukan penulis skenario, kita tidak bisa mengatur jalan cerita karena kita bukan sutradara. Kita hanya sebatas pemain yang menjalani segala sesuatu yang ingin diceritakan. Jadi tak perlu kau bersusah payah memikirkan dan mencoba untuk mengubah jalan ceritanya, biarkan Tuhan yang Maha Tau atas semua yang terbaik untuk kita”
airmataku menetes deras dari pelupuk mata, terjun bebas tanpa parasit yang menghadangi, seperti air bah yang tak terbendung di musim penghujan, entah apa yang aku tangisi,ada rasa takut kehilangan yang menelisip relung hatikuku. Aku masi bimbang dengan keyakinan di dalam hatiku, harus ku sudahi? Sperti yang mamah inginkan? Atau aku harus bertahan dengan badai yang menghadang? Hati masi goyah dan memikirkan masa depan, orang tua adalah tuhan tampak bagi kita ,aku tak mampu hidup tanpa mereka, aku juga tak sanggup menyakiti laki – laki yang begitu mencintaiku, laki – laki yang menjadi tersangka dalam keluarga kami, dan laki – laki tak berdosa akibat keegoan dan sudut pandang yang berbeda, tapi ini realita, musti di pikirkan secara nalar dan logika.tak ada orang yang mampu bertahan tanpa materi, tapi kita juga tak akan bahagia tanpa cinta, cinta? Hahaha aku terkadang bingung akan menempatkan benda satu itu disebelah mana dalam posisi kehidupanku selanjutnya. Aku tak ingin menyakitinya, aku tak ingin memupuskan angan terbesar dalam hidupnya, aku tak ingin membuatnya terpuruk untuk kedua kalinya, tapi ini ... harus segera di sudahi..
“tinggalkan dia ...
sekarang....” kata ibu dengan nada flat tanpa ada getara.
Aku hanya tertunduk
diam , tak bergeming , menghela nafas panjang memahami kata kata yang terlontar
dari bibir indah ibu yang tak dicerna dalam fikirannya. Aku masi seperti
seorang pasien yang koma , sedang di cabut selang pernafasan , sesak sekali
dadaku, berat sekali untuk menghela nafas dalam. Ini tentang hati seseorang,
ini tentang rasa yang tak tampak oleh mata, iya .. harus diterima , memaksa
seseorang menjadi orang yang di inginkan ibu tak akan habisnya. Aku juga tidak
bisa memaksa laki – laki pilihanku menjadi yang ibu harapkan. Aku tak bisa
memaksanya , biarkan Tuhan yang menentukan , Biarkan Tuhan yang memberi jalan
harus bagaimana dan seperti apa kehidupan yang harus ku jalani, aku hanya
berusaha , berusaha untuk menjadi anak yang berbakti dan membahagiakannya
seperti yang dia ingini. Maafkan aku bu, maaf ... bukan berarti aku
membantahmu, tapi aku hanya ingin Tuhan memberikan jalan terbaik untukku.
0 komentar:
Posting Komentar