RSS

SEPUCUK SURAT DARI RA


Namaku  Damar… usiaku mungkin baru sekitar 21 tahun. Aku sendiri lupa. Jika ditanya aku baru menghitung dengan mengurangi tahun sekarang dengan tahun kelahiranku. Aku tidak pernah menghitung berapa umurku, karena bagiku, usia itu tidak penting. Begitu juga dengan ulang tahun,bahkan aku tidak pernah merayakannya. Karena bisa jadi aku juga lupa kapan tanggal lahirku jika tidak melihat KTP. Aku bekerja di perushan promit di luar daerah jawa, aku berasal dari pulau jawa. Iya aku marantau ke pulau tetangga untuk mengumpulkan serpihan berlian untuk melamar wanitaku, bukan ... dia bukan wanitaku .. tapi dia wanita impianku.
Namanya adalah Rahajeng. Dia gadis terpandai dan tercantik di kelasku saat aku masih SMP. Hatiku selalu berdegup kencang saat melihatnya lewat dihadapanku. Mataku tidak pernah berkedip saat melihatnya melintas dihadapanku. Aku tak pernah bisa mengalihkan konsentrasiku ketika dia sedang presentasi di luar kelas. Aku tidak pernah bisa untuk tidak berdesis namanya ketika aku hendak tidur malam hari. Tapi  Untuk memilikinya, sekedar dalam mimpi pun aku sudah merasa sangat beruntung. Aku bukanlah termasuk siapa-siapa untuk sekedar disapa olehnya.
Aku pun tidak tahu bagaimana awalnya, hari ini aku duduk berdua dengannya berhadapan dalam satu meja, di sebuah restoran yang berkelas. Di usiaku ini, aku menawarkan masa depan kepadanya. Lebih bukan pada pernyataan cinta. Tapi, lebih kepada penawaran semacam jasa raharja atau asuransi. Aku tahu, karena untuk gadis yang memiliki tingkat kesadaran logika jauh diatas rata-rata seperti dia, perkataan gombal lelaki dan janji-janji tanpa bukti sama dengan nol besar. Sudah cukup aku mengenalnya sebagai seorang perempuan yang tidak pernah goyah akan rayuan lelaki yang tanpa modal materi.
Masih dengan senyuman gigi tidak ratanya aku terbius oleh irama-irama cintanya. Di mataku, sejak pertama aku melihatnya, dari ujung rambut hingga ujung kaki dia nyaris tanpa cela. Jika aku ditanya apa arti kesempurnaan maka aku akan berkata sempurna itu adalah dirinya. Mungkin karena aku terlalu terobsesi oleh dirinyalah hingga kini aku berada di hadapannya. Dan berani mengajaknya makan di tempat yang orang-orang seperti ku ini hanya pantas sebagai pelayannya saja.
Dia tampak ragu untuk memesan makanan, mungkin dia takut kalau aku tidak akan mampu membayarnya. Tapi aku menyuruhnya memesan apapun yang dia suka. Dompet ku ini telah penuh jika hanya untuk memesan makanan untuk memenuhi perutnya. Aku telah lama mengumpulkan butiran-butiran keringatku ini untuk kujadikan isi dompet dan menanti saat-saat seperti hanya dalam mimpi seperti ini.
Tapi, bukan Rahajeng jika dia tidak bisa berfikir logis. Dia hanya memesan orange squase dan desert saja. Dia berkata dia sudah makan. Padahal aku tahu bahwa dia hanya tidak mau membuang hasil kerja kerasku berbulan-bulan hanya untuk memenuhi isi perutnya.
Ah, aku hanya menghela nafas dan sedikit terhimpit, mengetahui  dia mengasihaniku. Sakit sekali rasanya dianggap aku masih belum mampu menjadi lelaki yang mampu dia pandang.
Aku tahu, aku bukan kelasnya. Aku sadar aku bukan berasal dari kastanya. Tapi, jika sebatas materi, aku tidak mau dianggap kere. Aku bisa membangunkan istana dengan seribu arca untuknya. Jika hanya untuk melamar dan menikahinya aku bisa menyiapkan pesta termegah seperti yang dia pinta.
Dan aku yang dengan penuh keyakinan ku ini, terus saja membujuknya agar dia memberiku kesempatan bahwa aku mampu menjadi seperti yang dia mau. Awalnya dia berkata, betapa dia beruntung telah memiliki aku sebagai seorang yang dia cinta. Dia juga sangat berterimakasih kepadaku, dan berkata mungkin, tidak ada orang lain yang mencintainya melebihi cintaku ini padanya. Betapa bahagianya hatiku ketika dia berkata begitu. Aku merasa, segala usahaku dan segala kerja kerasku ini membuahkan hasil. Aku merasa segala tetesan keringatku mengumpulkan intan di pertambangan pedalaman Kalimantan terbayarkan. Aku merasa setiap ucapannya adalah bunga-bunga surge yang semerbak wanginya.
Aku pun berkata, bahwa aku telah membangunkannya sebuah istana, tapi belum selesai. Aku minta waktu 2 tahun lagi untuk menyelesaikan seperti yang dia pinta. Aku pun mengajaknya untuk melihatnya. Dan akan kuminta dia tinggal bersama selamanya.
Kali ini dia tersenyum sambil memotong apple pie yang ada di hadapannya, lalu memasukkan dalam mulutnya, dia berkata bahwa hari ini dia seperti memenangkan undian lotere. Bertemu denganku yang membujuknya seperti petugas polis asuransi kejar target. Dan memang benar. Apa yang dia katakan itu benar. Aku berusaha bertahun-tahun meyakinkannya dan menjadikan dia angan-angan dan mimpiku agar dia mau menengokku. Sekali saja menjadikan aku pemilik hatinya. Jika dibilang aku ini mencintainya, maka aku lebih suka aku menyebutnya aku mencintainya seperti orang gila. jika darahku ini bersuara, mungkin hanya namanya yang disebut. Bahkan langkah kakiku ini berjalan kea rah bayangan wajahnya.
Tapi, bukan rahajeng juga jika dia tidaklah menolakku. Dia berkata, bahwa aku selamanya tidak akan bisa menjadi seperti yang dia mau. Dia berkata bahwa aku terlalu sibuk mencintainya, hingga tidak melihat cinta lain yang mencintaiku. Dia berkata, bahwa dia berharap bukan dia yang aku cintai sedemikian rupa. Dia bahkan berharap jika ada lelaki yang mencintainya seperti aku, maka bukanlah diriku. Hancur dunia dan bumi ini luluh lantak di benakku. Bilamana tidak jika seluruh nafasku meniupkan udaranya, seluruh darahku ini emngedarkan namanya. Setelah sekian lama adalah jawaban yang sama. Segala usahaku tidaklah ada di matanya.
Aku masih bersabar dan terus bersabar. Hingga saat hancur hariku tak sehancur hari itu. Hari disaat dia berkata dia akan menikahi lelaki impiannya. Hari yang sama dimana aku menaruh cincin berlian dalam ice cream sundae yang dipesannya. Hari dimana aku tidak lah lelah dan letih menawarkan polis asuransi hati dan janji untuk tidak menyakitinya seujung kuku pun. Tapi, ku telah kalah sebelum bertanding. Aku telah tenggelam masuk dalam sumur yang aku gali sendiri. Dia telah menemukan tambatan hatinya. Dan segala duniaku telah sia-sia.
Rahajeng….aku lirih menyebut namanya…
Adakah hal yang bisa kulakukan untukmu sekali seumur hidupku saja. Adakah yang akan kulakukan untuk melihatmu bahagia sekali saja.
Dan…
Kesempatan itu tiba ... dan menguap sekejab mata
Dua tahun berselang, yang kudengar adalah dia terkena leukemia. Wajah cantik, menjadi pucat. Senyum ceria, menjadi sembab. Aku lebih memilih mati jika harus menyaksikannya dalam keadaan demikian. Aku masi memandang wajahnya yang tergeletak tak berdaya diatas ranjang berseprai putih dengan baju berwarna biru laut. Bau obat obatan menyeruak dalam hidungku, hawa dingin pendingin kamar menyentuh kulitku, semakin membuatku tak mampu menatap wajahnya, sudah tak mampu aku melihat dirinya , melihat wajah cerianya, melihat senyumnya, melihat giginya yang tak rata, yang kini tersumpal dengan selang pipa. Bidadariku yang selama ini ku perjuangkan untuk menjadi ibu anak anakku, kini stengah hidup di hadapanku, hatiku hancur , iya … hatiku remuk… air mataku tak mampu ku bendung, terjun bebas dan mengalir seperti air bah yang tak ingin berhenti ketika musim penghujan. Ku dekati tubuhnya, ku genggam tangannya, dingin… rapuh .. tangannya tak secoklat dulu , kulitnya tak se eksotik ketika pertama kali aku bertemu dengannya. Ku cium tanyanya, ku genggam erat dengan menahan  isak  tangisku yang mendalam  dan  tercekat di tenggorokan. “Aku mencintaimu ra ….”
desisku lirih  “ bangun,…ayo bangun ra …. sudah ku bangunkan istana luar biasa yang kau inginkan … sudah ku bangunkan sebuah kamar dengan kaca jendela full dengan tirai warna ungu, sudah ku buatkan balkon yang luas agar kita bisa meletakan ayunan di atas sana, dan mengobrol menghabiskan senja” kataku lirih dengan mengontrol emosiku, aku kalut dibuatnya,
“ Ya tuuhaaan …” eluhku dalam geraman bibirku yang bergetar. Jika bisa akan ku gantikan posisimu sekarang akan ku gantikan kau sekarang, jika tuhan mampu bernegoisasi denganku, akan ku tebus nyawamu, dengan apapun yang aku miliki… aku mencintaimu ra … benar benar mencintaimu. Jangan tinggalkan aku dengan cara sperti ini, kau boleh mencaciku, memakiku, tetapi jangan tinggalkan aku, aku tak bisa hidup tanpa kau … kau separuh nyawaku ra …
aku manangis sejadinya, ku tumpahkan semua kesedihan dan psakitanku melihatnya.
“ ada titipan untukmu… “ kata mas ipar rahajeng sembari memberiku sepucuk surat berwarna biru laut kepadaku. Aku menatapnya,belum sempat ku ambil
“ Dari dek ajeng … untukmu … “

ku ambil surat itu lalu ku buka , harum khas parfumnya menyeruak ketika kubuka sampulnya, tertulis kata “Untukmu … Pencintaku”
Ku buka perlahan dan ku mulai membaca



Untukmu Pemujaku,
Mungkin ketika kau membaca ini  aku sedang dalam perjalanan jauh untuk menemui penciptaku, maaf jika hanya ini yang sanggup ku berikan kepadamu selama ini. Aku hanya kayu lapuk yang tak pantas untuk kau perjuangkan sedemikian rupa, aku hanya seonggok batu kerikil yang tak pantas untuk kau perjuangkan mati matian di pulau seberang hanya untuk menebusku dan hidup bersamamu, tidak … aku tidak pantas untuk kau perlakukan seperti itu. Maaf jika aku tak pernah menenggok dan melihatmu, maaf jika aku tak pernah memperhitungkan cintamu dan mengaharghai pengorbananmu yang kau tata rapi. Maaf … aku memang wanita tak tau diri yang hanya mementingkan diri sendiri, tak peduli dengamu, tak peduli dengan keadaanmu, tak peduli dengan pengorbananmu,… aku juga tak mengerti mengapa Tuhan tak menganugrahkan cinta kepada hatiku untuk bersamamu, Mengapa Tuhan tak memerintahkan malaikat jibril untuk memberikan benih cintanya kepada hatiku untukmu, aku tak mengerti , beberapa kali ku coba untuk mencintaimu , berulang kali aku mencoba belajar mencintaimu … tapi aku rasa aku tak mampu, aku tak bisa membohongimu dengan ketulusan yang kau berikan kepadaku. Aku tak mau menyakitimu , meskipun selama ini aku hanya bisa menyakitimu,hahaha aku memang wanita janahanam untukmu, masi ingat tentang cacian dan makianku ketika kita direstoran waktu itu? Aku hanya ingin kau mengerti bahwa aku tak ingin menyakitimu … lebih baik kau ku sakiti , daripada aku berbohong mencintaimu, itu akan lebih menyakitimu, tapi kau benar benar laki – laki tangguh dan luar biasa, ku akui jika kau laki – laki sempurna jika menjadi pasangan seorang wanita. Tapi maafkan aku yang tak mampu membalas setetes rasa cinta yang kau berikan kepadaku. Jika aku mampu mengontrol hatiku, aku ingin mencintaimu, aku ingin membalas cintamu, aku berusaha, tapi tak bisa …. Maafkan aku, ….
Aku hanya ingin meminta maaf kepadamu atas dosa yang pernah ku lakukan kepadamu, maafkan aku agar aku mampu berjalan dengan tenang, agar aku mampu menjalani kehidupanku selanjutnya dengan nyaman, kelak jika kita ada di hidupan yang baru , aku berjanji akan ku pinta kepada Tuhan untuk menyuratkan kita untuk bersatu, semoga kau menemukan bidadari luar biasa daripada diriku, maafkan aku … dan Terimakasih telah mencintaiku …


                                                                                      Dariku Untukmu 

Aku menangis dibuatnya, airmataku tak terbendung, ku tutup sepucuk surat itu, ku kecup keningnya , “aku memaafkanmu, tak ada yang perlu dimaafkan , aku tulus mencintaimu…” kataku lirih ku bisikan ditelinganya sebelah kiri, namun tiba tiba “ tiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiiitttt…….” Suara elektrodiamografnya berbunyi dan bergambar garis lurus. aku terisak dalam tangisku, airmataku benar benar mengalir tanpa komando aku terisak sejadinya dalam ruangan, semua medekatiku dan mengusap bahu , aku memeluk tubuhnya, 6thn aku ingin memeluk tubuhnya  , tapi hari ini, aku mampu memeluk tubuhnya ,iya … aku memeluk tubuhnya dengan keadaan berbeda , aku mencintaimu Ra ….

SETIAP CINTA ADA CERITA


Bagaimana aku akan memulainya ? entahlah tetapi cerita ini tidak berawal dengan mudah ,sebaliknya cerita ini merupakan cerita yang tak berujung bahkan berakhir dengan pilu, sebeneranya aku tidak berhak merasakan hal seperti ini, ada seorang adam yang mendampingiku saat ini, tapi melihatmu , bersama wanita yang dulu menjadi teman sejatiku, dan menjadi teman berbagiku cerita tentangmu, membuatku sedikit arogan beberapa hari ini.hati ku berontak, hatiku terluka. merasa tak adil. karena kau yang ku cintai, kau yang begitu aku puja segenap jiwa, kini terlah besanding disisinya. sepertinya memang iya ... tapi tak ku pungkiri  jika tak ada cinta yang salah dalam memilih, tak ada hukum yang mengekangmu dalam mencintai dan memilih seorang hawa, apa lagi aku bukan siapa siapa. tapi kenapa harus dia? bukan kah kau tau betapa aku mencintainya? betapa aku ingin bersanding dan menggandeng lengan dan berjalan berjajar disampingnya? ayolah ... mengerti hatiku, hargai hatiku ...
egois? iya .. aku  layak jika kau sebut tersangka. aku layak untuk kau sebut pemeran antagonis dalam cerita ini. tapi rasaku ini, seperti dibenci dan dikhianati. Tak perlu melibatkan orang lain dalam kisahku. Tapi kau sudah terlanjur terlibat dalam kisahku. Lalu mau apa lagi ? apa yang harus ku lakukan ? Kau.. dan hanya kau yang kusesali.Hanya dengan kau mengenal seseorang yang baru kau kenal kini kau berubah bahkan berubah 180 derajat.  Seolah kau sekarang membenciku, menyalahkan ku layak seperti seorang tersangka. Lontaran kata demi kata kau ucapkan pada ku. Begitu bencinya kah kau pada ku ? pertanyaan itu pun muncul “apa salahku ? apa aku salah jika memiliki rasa ini? " bukankah semua orang boleh memilikinya? kau tau?  Butiran air mata selalu terlinang ketika aku mengumpulkan kata demi kata untuk mengungkapkan isi hatiku. Perih hati ini. Kacau perasaan ini. Rasanya seperti tercabik cabik dan terobek benda tajam. Seperti tingkah lakumu yang tak kau sadari. Tapi Apakah kau tau ? apa kah kau memahaminya ? tidak.. bahkan kau tak tahu dan tak pernah mengerti. Mungkin ini gila bahkan bisa dikatakan aku merupakan orang yang tidak normal. Sakit ku terasa sampai di ujung terdalam rempela hatiku Dan inilah kisah hidupku kisahku dan kisah dirinya. Disini aku tak menyalahkan siapa pun. Aku memang tersangka dan patut kau BENCI. kau pikir aku membencimu? tidak ... aku bukan orang laknat seperti itu. Tapi aku juga manusia yang  tak mudah untuk menghilangkan kisah ini dalam diri ini. menghapusnya seperti kapur yang tergores di papan tulis, bukan seperti debu yang menempel di jendela kamar, yang akan hilang ketika tertiup angin. tidak ... aku punya hati ... lagi lagi kau lupa jika aku punya nyawa, aku pun manusia yang selayaknya kau patut menghargai dan mengerti .Tak pernah aku segila ini. aku tak pernah senaas ini, seumur hidupku, aku tak pernah menangis dan menderu, tapi ketika ku melihatmu, ketika aku menyadari kau memilihnya dari pada aku, tubuhku seperti terpelanting dari lantai tujuh , dan hancur menjadi debu. dan apa kau pernah menyadari bahwa tak pernah aku se bahagia ketika kau selalu memanggil namaku. Walau nama itu terlihat buruk dan hanya nama kita yang ku kira orang lain tak tahu asal mulanya. Tapi itu dulu.. sekarang sudah beda cerita lagi. Nama itu sudah lenyap hilang.. tak ada ucapan itu lagi. Tak ada canda tawa lagi. Dan itu semua tak berguna untuk dilanjutkan. Hanya sesal saja yang ku rasakan.  harapanku kandas tertiup desir ombak diatas pasir pantai , tersapu angin seperti dedaunan kering , redam seperti abu yang hilang tertelan awan, seperti kayu yang tiada terbakar oleh api yang membara. dan cukup untuk mengakhiri semua kisah ini adalah menyimpan memori ini untuk diriku sendiri.ku simpan kenangan kita, ku kubur rapat rapat cerita cinta yang pernah ada, ku sematkan dalam sebuah bingkai kaca kecil dalam hatiku yang membiru. tak ada kata yang termulia dari pada doa, ku tuturkan semoga engkau bahagia besamanya, dan doakan aku agar aku juga bahagia dengan pilihanku, dengan jalanku yang telah Tuhan tentukan dan takdirkan. aku menyadari , dan mengerti , tentang semua perjalanan yang kita lalu, tak semua ujung  yang mempunyai  jalan, tak semua sungai yang mempunyai muara, tak ada kata dalam  sebuah cinta, Karena setiap CINTA ada CERITA.

KETIKA SENJA

Masi seperti biasa aku duduk dteras depan rumah sembari menanti senja, dan memandang aruna tenggelam di telan malam. bau tanah basah setelah di guyur hujan seharian. menambah syahdu sore itu. aku masi duduk merapatkan kakiku dan meniupi secangkir coffe vanilla latte  , favoritku entah mengapa aku sangat menyukai kopi, aku merasa punya rasa semangat ketika meminumnya, merasa hangat ketika mencium aromanya. sedikit terbalik, tapi itu memang yang ku rasa. suara titik titik air masi terdengar jatuh dari paralon penampungan air jatuh mengenai permukaan air ember disampingku. di barengi dengan suara katak yang bernyanyi bahagia. " menunggu siapa?" tanya eyang putri kepadaku dan duduk diatas kursi jerami tua yang berwarna coklat kehitaman.
aku tersenyum dan memandangnya " tidak ... aku hanya mencari udara segar yang, aku senang bau tanah basah" jawabku sembari menyeruput kopiku. 
"owh ...eyang pikir masi terngiang dengan laki - laki berkacamata kemarin lusa"
aku tersentak dibuatnya " siapa?Dimas?"
" oh .. namanya dimas? eyang belum sempat berkenalan"kata eyang sembari melirik ke arahku
" hahaha tidak eyang ... dia hanya sebatas teman"
eyang tersenyum menggoda, mungkin kah dari wajahku terlihat jika aku jatuh cinta? aku rasa aku tidak menunjukan tanda tanda bahwa aku menyukainya.
"wajahnya memang laki - laki baik ,.... "
"hmmm ... aku rasa begitu" jawabku sembari mengangguk- anggukkan kepalaku sembari menyeruput kopiku lagi.
"bener cuma temen?" tanya eyang ingin tau
"memangnya kenapa eyang?emang boleh Ajeng pacaran?" tanyaku memastikan surat ijinku yang belum keluar sampai sekarang. usiaku sudah 21 tahun.entah mengapa orang rumah belum welcome dengan teman laki - lakiku, memang aku belum pernah membawanya, tapi setidaknya mereka belum juga memberikan lampu hijau kepadaku.katanya nunggu aku merampungkan S1baru diseleksi
"ya tergantung... "
"ah tergantung apanya yang? "
"agamanya, kerjanya, dan keluarganya...."
" emang penting ya yang?"tanyaku masi ingin tau apa yang eyang inginkan untuk menjadi cucu mantunya
" ya harus ..." katanya sembari membenarkan tanaman anggrek miliknya.
" berarti harus agamanya kuat?"
"hu um ... "
" nanti kalo aku di kasi cadar, terus pake baju hitam hitam? terus bagaimana?"
" bagus donk ... "
" nanti gak boleh pake jins, gak boleh pake baju ketat, diluar rumah harus pake jilbab.... aaa.... neraka kan yang"
"hust ... kamu itu ... dibilangi mesti ngeyel"
" tapi yang .... tak ada yang sempurna eyang , tak ada yang seperti yang eyang inginkan, yang baik agamanya, yang baik keturunananya, dan baik kerjaanya"
" iya eyang tau ... tapi setidaknya penuhi salah satu diantaranya"
"iya semoga saja masi disisain satu buat ajeng ya yang ... "
" husst ... ya bilang amin to ... "
"hahah iya amin...."
" emangnya bener tak ada? " tanya eyang dengan masi menyemprotkan cairan suplemen tanaman kepada anggrek - anggrek kesayangnya.
" apanya? " tanyaku pura - pura tak tau
" iya kan umur kamu sudah 21 tahun, ... ya bukannya eyang melarang pacaran , tapi setidaknya ... sambil ngelirik kan juga gak papa .... "
" berarti boleh nih? " tanyaku dengan senyum menggoda kepada eyang
" hahaha iya yang peting itu tadi .... "
" bibit,... bebet ... dan bobot ... " jawabku menyela perkataan eyang.
" tapi yang ... kalo bibit bebet dan bobot pas, ajeng gak cinta? harus dipaksa juga?"
"cinta? nanti juga cinta.... lama - lama .... asalkan selalu sama - sama"
" witing tresno jalaran soko kulino? aah ... ini uda 2013 eyang ... sekarang atas nama cinta dimana - mana "
" ya itu ... anak jaman sekarang bilang cinta , gembar gembornya cinta, padahal cinta gak bisa buat kamu kenyang nduk ... " katanya sembari duduk kembali di kursi jerami
" tak perlu cinta ... karena akan tumbuh dengan sendirinya"
" kau pikir jika dengan cinta ... akan bahagia?"
" tidaaak .... dalam sebuah pernikahan ... cinta hanya nomor sekian , sedangkan materi, dan kebutuhan tercukupi , itu yang nomor satu. bahagia ... bukan karena cinta, karena bahagia akan muncul dengan sendirinya."
"tapi , masi ada orang kaya raya tapi tak bahagia karena tak cinta.... " tanyaku seperti berdebat argumentasi
" tapi tak ada juga orang yang miskin ,... tapi sangat bahagia.... itu hanya ada di dongeng semata ..., jadi .... jangan anggap dengan modal cinta pernikahan akan bahagia, cinta itu tak bisa di nalar dengan logika... jadi kau harus menggunakan logikamu, untuk mengontrolnya "
aku hanya diam , memikirkan sesuatu yang belum aku mengerti . ada dua sisi yang benar benar aku masi memilah milah , ada dua sisi yang harus aku pilih , ada dua kubu yang benar benar menjadi bagian dari hidupku. memilih salah satu diantaranya atau tak memilih keduanya. tak ku pungkiri jika cinta juga faktor utama untuk kita hidup bahagia.. tapi bahagia tanpa materi itu tak ada ... dan bahagia tanpa cinta itu .... masi sangat maya

KETIKA HARI ITU DATANG


Hari ini, hari yang tak akan pernah kulupakan dalam sejarah hidupku. Setiap detiknya akan terikat kuat di albumin-albumin otakku. Seperti sebuah syair yang tak akan pernah meninggalkan rimanya. Dalam hari ini akan terukir merdu setiap alunan music yang ku dengar, akan selalu ku ingat setiap pengal suku kata yang terucap, dan tak akan pernah kutinggalkan setiap prosesi acara yang akan aku jalani untuk memulai meniti hidup baru.
Pelaminan nan agung tergelar dihadapanku, rangkaian bunga-bunga hidupnya seperti mahkota kemolekan bidadari. Tahta kursi singgasana seperti senyum simpul sang penyair yang melambai-lambaikan tangannya, seraya mengajakku untuk segera bartahta disana.
Jajaran kursi-kursi tamu yang berbaris dan berderet rapi, bak prajurit-prajurit yang siap berperang tegak berbanjar tanpa melewatkan barisannya. Tenda yang terbentang luas diatas kepalaku megah bagaikan kerang raksasa yang siap menaungiku dari hujan dan badai. Aku berbisik kelu dalam pemandangaku. Setiap degub jantungku mengalir bait-bait syukur yang tiada terkira, dalam setiap aliran darahku mengalir butiran-butiran ayat-ayat tasbihku kepada Allah, betapa indah dan mulianya Engkau, hingga menghadirkan keajaiban yang begitu menawan dalam pandanganku saat ini.
“ Pernikahanmu akan menjadi pernikahan termegah di desa kita, Ngga !” kata Sekar mengejutkan.
“ Kata siapa?” tanyaku sambil tersenyum. “Biasa saja. Tapi memang untukku ini terlalu berlebihan.” Jawabku lemah.
“ Kenapa? Apa kamu tidak dengan pernikahan ini?” tanyanya lagi sembari merapikan jilbabku yang berwarna putih bersih yang berhiaskan mahkota indah di atasnya
“ bukan Senang atau tidak. tak ada wanita yang tidak bahagia dengan  pernikahan seperti ini.  ”
“ Lantas?” tanyanya sembari membantuku memakai kebayaku
“ Ini adalah pernikahan kakakku.”
Dia tiba tiba berhenti merapikan mahkota diatas jilbabku  dan menatapku.
“ Semua pernikahan ini kakakku yang merancangnya, setiap detailnya, bahkan sampai hiasan jilbab yang akan kupakai ini. juga dia yang memilihkannya untukku.”
dia diam , menatapku dengan tidak mengertian dengan apa yang aku katakan.
“ Pernikahan ini sebenarnya adalah pernikahan kakakku yang tak pernah terwujud. Dia mewujudkan pernikahanku ini seperti pernikahan yang selama ini menjadi impiaannya,dia benar - benar mencintaiku." tak sengaja menitikkan air mata
" jadi kau tidak menyukainya? "
" bukan .... kar .. bukan .... tapi aku merasa, ini bukan pernikahanku, aku hanya ingin menggelar pernikahan sederhana, sakral, bukan seperti ini.aku tak mau kakak membuang uangnya hanya untuk kebahagiaanku, sebagai penyalur kebahagiaannya yang terpupuskan oleh masalalunya"
" Karena kakak tidak menggelar acara pernikahan sperti ini dulu? " tanya Sekar memastikan kemana pembicaraanku. aku menghela nafas dan mengambil tempat duduk di depan meja riasku.
“ Kakakku tidak pernah menginginkan pernikahan seperti pernikahannya dulu, semua itu dia lakukan karena keterpaksaan, dia sudah hamil 2 bulan. Dan janin itu tidak bisa digugurkan. Pacarnya mendesak untuk menikahinya secepatnya, tapi orang tuaku menentangnya. Orang tuaku menginginkan kakakku menikah setelah selesai S1. Atau paling tidak setelah pacarnya mendapat pekerjaan yang lebih baik. Pernikahan itu, digelar seadanya saja, dengan kemarahan ibuku, dengan segala keterbatasan ibuku sebagai seorang janda yang menikahkan putri kebanggaannya dengan tanpa persiapan dan penuh rasa kecewa. dengan suasana yang begitu sulit kugambarkan, dengan tatapan sinis para tamu undangan, dengan gumaman dan tanya dari para tamu, dan dengan kesederhanaan dan jauh dari pernikahan yang selama ini dia bayangkan sejak kecil.” Kataku sambil menerawang jauh. “Kakakku yang merasa sangat bersalah tidak berani mengatakan keinginannya yang sesungguhnya atas prosesi pernikahannya. Dia pasrah terbungkam oleh amarah orang tuaku. Dia hanya tertunduk pada rasa bersalah yang begitu besar karena telah mengecewakan orang tuaku.” Kataku sambil menyeka air mataku.
“ lalu?”
“ Lalu, dia akhirnya menikah dengan menahan perih atas luka dan hujatan sinis setiap sudut dunia, tidak ada tempat pandangan mata untuknya. Betapa menyakitkan lagi, ketika pernikahannya harus disembunyikan dari keluarga besarku, tak ada satu keluarga pun yang diundang datang pada pernikahan itu, bahkan Om Rudi, orang yang selama ini menjadi sandaran ibuku dan telah dianggap sebagai pengganti ayah oleh kakakku, juga tidak diberi tahu. Hal ini dilakukan karena orang tuaku terlalu malu mengakui kesalahan kakakku yang tadinya begitu dibanggakannya akan bisa mengangkat derajad orang tuaku.”
“ Setelah itu apa yang dia lakukan?”
“ Dia hidup bermuka tembok,dan menahan sejuta hujaman perih sakit hati yang dia terima tanpa mengeluh dan bercerita pada siapapun.  Dia terus berusaha untuk membuktikan pada dunia bahwa dia bisa bangkit dari keterpurukan itu. Dia tetap melanjutkan kuliahnya sampai selesai dengan biaya dari mertuanya, kemudian dia membuka tempat les, dan meneruskan pekerjaanya sebagai guru seperti yang telah ia cita-citakan sejak lama.”
“ Lalu dia berhasil?”
“ Seperti yang kamu lihat sekarang? Tergolong berhasilkah kakakku yang mampu membiayai seluruh pernikahanku ini, seperti yang tampak hadapanmu?”
Sekar tersenyum , tatapannya mengambang , seperti film dokumenter yang di putar ulang.
“ Tapi, perjalanan hidupnya tidak semudah yang aku ceritakan, tidak juga semudah yang dapat kamu terjemahkan dalam otakmu yang hanya sekepal itu. Seandainya dia bisa memilih mungkin dia tidak ingin menghadapi takdir yang begitu menyakitkan, kar. terkadang , aku membenarkan jika dulu ibu sering membandingkanku dengan kak Niar, karena dia memang luar biasa, lebih luar biasa daripada aku”kataku sembari menatap sahabat yang paling setia mendengar ceritaku
“ Ternyata memang benar hidup ini tak seindah yang kita bayangkan, ya!”kata Sekar dengan menghela nafas panjang
“ aku kadang merasa ingin seperti dia, tapi pasti aku tak bisa.”
“ Setiap orang pasti memiliki jalan takdirnya sendiri. Allah telah mengaturnya sejak kita ditiupkan ruh kita dalam kandungan." kata Sekar masi dengan senyum keibuannya yang aku rindukan
Aku hanya mengangguk sebagai tanda bahwa aku menyetujui apa yang dia katakan.
kembali ku pandangi diriku dalam cermin, sebuah cermin yang memantulkan gambar seorang gadis yang sedang berbunga-bunga, berdandan secantik rupa untuk sebuah acara yang paling bersejarah dalam hidupku. Rambut yang terbalut jilbab warna putih kesukaanku, bertahtakan intan, dan bunga-bunga semerbak mewangi bau melati . Aura bidadari kini menjadi bedak bertaburan dalam tubuhku hari ini. iya ... aku seorang putri hari ini. Hidupku akan berawal dari sini , dari ucapan sakral dari seorang adam yang menjadi pendamping hidupku selamanya.
Dalam balutan gaun putih berpayet aku melenggangkan kaki berjalan mondar-mandir di depan cermin sambil sedikit risau mendengarkan sayup-sayup lantunan ijab qabul yang sedang dituturkan. Degup jantungku mereda ketika terdengar saksi mengucapkan “ Sah! “.
“Alhamdulillah!” sujud syukur spontan kulakukan untuk mengungkapkan luapan kegembiraanku.
“ ayo, Mbak Jingga ! Waktunya temu pengantin.” Suara juru rias mengagetkan aku.
Tanpa banyak komentar aku mengikuti langkahnya, menuntunku keluar kamar. Dan tak tertinggal suara degup jantung dan derasnya peluh selalu setia menemaniku sepanjang hari ini. Seperti terseok-seok jalanku oleh gaun yang begitu berat. Tak henti kutasbihkan kehadirat yang maha kuasa agar aku diberikan kekuatan untuk menjalani semua ini. Masa lajangku telah terlepas, sudah waktunya seluruh hidupku ada yang memiliki dan mendampingi. Dalam hati aku selalu berdoa supaya suamiku menjadi imam yang baik untukku dan anak-anakku kelak. Segala harapan itu bergelayut terus mondar-mandir dalam kepalaku berputar-putar bagaikan burung yang lupa akan sarangnya.entah mengapa hatiku miris menemani langkahku, airmataku tak mampu ku bendung dalam perjalanan menemui suamiku. semua mata tertuju padaku. semua orang memandangku. laki - laki tang manjadi pilihan hidupku. yang akan menemaniku hingga aku menjemput ajalku.aku menghampiri mamah yang menyambutku dengan wajah sembabnya.mamah menggandeng tanganku seraya berkata, “ kamu cantik sekali, nduk!”. Aku hanya tersenyum membalas pujian dari mamah
Di depan sana aku disambut oleh senyum ramah Kakakku yang berkebaya merah muda anggun. Tubuhnya yang tetap langsing tersiluet bertabrakan dengan sinar lampu yang menyala terang. Disampingnya tergandeng mesra kakak iparku yang sangat setia dan mencintai kakakku dengan segenap jiwanya.  Rasa cinta dan tanggung jawabnya itu kepada keluaga membuat setiap wanita pasti menginginkan dicintai seperti itu. Aku juga mengharapkan suamiku mencitaiku seperti dia mencintai kakakku. Meski aku tahu pada kehidupan awal pernikahan mereka ujian tiada henti menerpa dan nyaris saja memisahkan mereka. Tapi sekali lagi jalan Allah itu lebih indah. Jalan Allah telah menyelamatkan mereka dari laknat dunia dan akhirat. Mereka tersenyum menyambutku tak ada rasa iri ataupun dengki karena pernikahanku semegah ini, sementara pernikahan mereka seadanya.

Suara tabuhan rebana dan lantunan solawat terdengar nyaring terngiang penuh haru di lubuk hatiku. ku tatap mamah tak mampu membendung air mata yang mengalir di pelupuk matanya, perjuangannya yang tak penah padam dan gentar akan halangan untuk membesarkanku, menjadikanku sampai seperti ini, iya ... jangan kau tanya ibu mana terhebat di dunia ,aku akan menjawab ibukku bidadari mana yang tercantik di dunia? aku akan manjawab ibukku, jika suatu saat aku dapat terlahir kembali? aku hanya meminta satu hal , menjadi anak yang terlahir dari rahim seorang ibu sepertinya. mataku teralihkan pada sosok laki laki paru baya, garis garis wajahnya halus dan lembut menua , rambut memutihnya sudah tergambar di bagian kepala, laki - laki yang membuatku mampu terlahir di dunia, papah.... sosok yang selalu ku rindukan dan sekarang menyaksikan puncak kebahagiaanku. menjadi waliku yang menyerahkanku kepada calon imamku, yang menjadi penopang hidupku.
mataku mulai membasah , berair, dan memerah. ku tatap wajah laki - laki yang menjadi suamiku beberapa detik lalu, wajahnya redup, bahagia dan haru. tatapannya penuh cinta kepadaku, jika mampu di gambarkan mungkin matanya akan berkata " akhirnya kau milikku saat ini, dan tenanglah aku akan bersamamu selama hidupku ". ku tersenyum bahagia dan mencium tangannya, di giringnya kami ke tahta singgasana satu hari untuk kami, geber indah nan elok yang di siapkan bertahun tahun untukku oleh kakaku, benar benar kakak yang sempurna untukku. ku tatap tamu yang berjajaran di hadapanku, ku pandangi satu persatu. kedatangan mereka menjadi doa dan restu untuku menapaki perjalanan panjang. aku sudah menaiki kapal dan memilih nahkoda untuk menemaniku mengarungi samudra. " mah , terimakasih atas segala perjuangan yang kau berikan kepadaku sampai detik ini , terima kasih telah membesarkan ku, aku bahagia mah , akan ku coba hidupku dengan pendampingku.aku mencintaimu mah, aku mencintaimu" aku mulai bercucuran airmata memandang mamah yang tak berhenti memandangku dan meyeka airmata
" untukmu kakakku tercinta , terimakasih telah menjadi kakak yang luarbiasa untukku, terimakasih telah berjuang demi kebahagiaanku, terimakasih atas semuanya, aku mencintaimu ... sangat mencintaimu, terimakasih telah menjadi pagar besi untukku, terimakasih telah menjadi tiang beton untuk ku mampu berdiri. aku akan terbang mbak, aku akan pergi dari sarang, akan ku arungi seluruh dunia ini dengan pendamping hidupku yang telah kau restui. terimakasih ... maaf jika aku telah menjadi beban dan adik yang kurang  baik untukmu. maafkan aku..."
" untukmu ayahku yang paling aku cintai di dunia ini, terimakasih telah membuatku terlahir didunia yang begitu indahnya. terimakasih tentang segala yang kau berikan kepadaku. meski kau jauh dariku, tapi aku merasakan , aku merasakan semua kasih sayang yang kau berikan. aku mencintaimu pah ... aku mencintaimu"
" Untuk suamiku , aku memandangmu, dan memilihmu dari berjuta laki - laki di dunia ini. tapi Allah memilihkanmu untukku, itu artinya kau adalah yang terbaik untukku, menjadi pendampingku, tetaplah disampingku, tetaplah menjadi bahuku, tetaplah menyediakan dada ketika aku menangis, tetaplah menjadi obat penenang untukku, menemaniku hingga aku sampai di usia senja, dan terimakasih telah memilih dan mencintaiku"

DIA YANG TELAH PERGI

Kemarin ,2 oktober 2013 , aku berdiri dengan memandang sebujur tubuh setengah bernyawa dengan baju kas hijau mudanya, dengan terpasang alat bantu pernafasan, pendeteksi detak jantung, dan  infus di sebalah kiri, kurus, berbadan kacil, rambutnya yang memutih sudah memenuhi kepalanya, wajahnya pucat, matanya terbuka , tapi kosong, entah apa yang di lihatnya, mamah menyalami mbak Sri yang berduka, mereka berhamburan bercucuran airmata,
" yang sabar ya dek ..." kata mamah sembari memeluknya.
" aku gak akan mengira , simbok secepat ini mbak .... aku sudah pasrah dengan keadaannya"
"ssst... jangan ngomong gitu  simbok masi panjang dek, dia masi muda" mamah berkata dengan menahan tangisnya sembari mengusap kedua pundaknya, aku hanya memandang mereka, tak mampu aku menangis, mbak Sri putri dari simbok Tarmi, meski dia tetangga , tapi ketika aku umur 3thn aku diasuh olehnya, jadi sudah seperti saudara.
"tit ... tit ... tit...." suara seperti itu memenuihi ruang seteril ini. suara nafas berat terdengar miris ditelinga. 
aku menatapnya dengan seksama, mamah mencoba mengadakan respon dengannya, tapi sia sia, matanya terbuka, tapi seperti gelap tak bercahaya, tak mampu melihat apa apa. mungkin seperti ini , ketika kita tak bisa melihat, mungkin seperti ini ketika kita di dekatkan dengan apa yang akan terjadi ketika nanti, aku akan menjadi sepertinya, terbujur kaku dengan nafas yang berat, mata yang tanpa cahaya. takut? iya ... aku juga merasakannya. bukankah kita akan kembali ke sang pencipta? sama seperti ketika kita belum menyadari bahwa kita terlahir.aku masi memandangnya, apa yang dia rasakan? sakitkah? pedihkah? takut? atau apa? aku masi memandangnya, meski tak kuasa aku memandang sosok yang selalu akrab denganku, selalu memberiku sebungkus dawet dan semangkuk jenang di pagi hari. dia selalu memberiku bonus apem ketika ramadhan, kau tau rasanya? sangat enak. dia begitu baik, meski kadang nada bicaranya sedikit tak mengenakkan hati. dan jika kau tau, lontong pecel buatannya sangat istimewa, aku sangat menyukainya. namun sekarang, dia koma, keadaan setengah bernyawa....tak kuasa airmataku terjun bebas dari pelupuk mataku, " maafkan kesalahanku mbok, maaf jika dulu aku merepotkanmu, maaf jika dulu aku pernah membuat sakit hati kepadamu" kataku lirih dengan menahan airmataku yang sulit sekali ku bendung. senyumnya, ramah sapaannya, dan masakannya, akan ku ingat selama ku bisa. ya Allah .... ampuni segala dosanya,berikan kesembuhan kepadanya, ringankanlah sakitnya, aku berdoa lirih dalam hati, dan berharap malaikat mengamini doaku.
mamah tak sanggup melihatnya, dan keluar dari ruang ICU yang menyesakkan dada. aku mengikutinya,menyeka airmata , dan menyembunyikan wajah sembab kami. kami bersalaman , dan saling berpelukan dengan mbak Sri, semoga pelukan kami mampu menguatkan , mampu menjadikan tiang yang membuat hatinya lebih kuat, meski aku tau, tidak telalu membantu.setelahnya kami berpamitan pulang.
Hari ini , 3 Oktober 2013 , simbok kembali kepada pemiliknya, pergi dengan segala kenangan tentang kita, apemnya, es dawetnya, lontong pecelnya, dan jenang grendulnya, semuanya terekam dalam memori satu folder pada otak kiri,. selamat jalan mbok, selamat menjalani hidupmu yang baru , Terima disisinya ya Allah, ampuni segala Dosanya, terangkan jalannya, dia akan menjadi sosok yang tak pernah terlupa.