RSS

SEPENGGAL CERITA LALU

ku berbaring dalam pembaringan jati tua dalam ruangan ber cat ungu dengan satu pintu, dibawah jendela , dengan tirai yang dibuka dua pertiga. Memandang awan membiru yang mulai memucat, sudah lebih dari 840 jam aku menikmati posisiku, menatap jendela kamar yang berkusen warna kecoklatan, memandang pergantian waktu dari cerah menjadi gelap, memandang mentari yang berubah arah, dari memandangku , menyapaku, hingga temaram meninggalkanku, selebihnya hujan terkadang menyapaku, dengan hembusan angin yang kering dan dingin. terkadang aku juga melihat halilintar dai kacanya.tak ada yang mampu ku lakukan , hanya menikmati pembaringan yang telah lama memeluk dan menopang badanku. tak ada yang mampu ku lakukan.
"Kenapa melamun?" tanya wanita seusiaku berdiri di tengah pintu.
aku hanya tersenyum menatapnya, dia yang selalu ku tunggu ketika siang telah datang. menceritakan keceriaan anak anak didikku ketika belajar.
" Gimana keadaannya? sudah baikan? " tanyanya sembari meletakkan sekantung kresek hitam ,
" alhamdulillah mbak , " jawabku sembari mencoba bangun dari posisiku. dan dia membantuku untuk bangun..
" ada soto kesukaanmu, tadi bapak Aji datang ke sekolah, menitipkannya kepadaku, untukmu."
" makasih mbak , Aji gimana? suda ada perkembangan?"
" aku tak mengerti Ra, entah kau menggunakan pelet apa untuk menakhlukkannya, dia hanya mau menurut kepadamu"
" hahaha, benar kah?dia memang penurut mbak"
"apa kau tau? dia baru saja melemparkan vas bunga kepada Bu Siti ketika pelajaran matematika hari ini,"
"ha? lalu?"
" ya pecah ... "
" Aji tak mungkin marah jika dia tak di goda mbak, memangnya siapa yang menggodanya? atau ada yang menggoloknya" kataku sembari membenarkan posisiku yang kurang nyaman
" Dia merindukanmu.... "
aku diam , tak menatapnya .... kaget di buatnya.
"dia ingin kau yang mengajarkan matematika."
aku hanya tersenyum , memandang jauh ke jendela.memikirkan sesuatu yang membuat hatiku pilu.
"aku masi belum bisa mbak" kataku dengan nada datar
" kenapa? bapak kepala sekolah tidak memecatmu, dia masi berharap kau masuk kerja lagi, anak anak sudah banyak yang merindukanmu, mereka mengerti dengan keadaanmu Ra."
aku masi diam ....
" cari saja guru penggantiku secepatny saja lah mbak ..."
" Mereka tidak mau Ra, mereka maunya kamu "
" Banyak yang lebih sempurna mbak .... banyak yang lebih baik dariku"
" tapi tak ada yang mereka sayangi kecuali dirimu,Ra. Ayolah ... ketua yayasanpun juga maunya kamu yang mengajar lagi..."
" aku tak bisa mbak "
" Tapi Ra. ...
" Jangan paksa aku mbak ... " kataku dengan nada yang lebih tinggi
" Kenapa tak bisa?? beri aku alasan ... "
"Ya karena aku bukan seorang yang sempurna !! aku belum siap untuk dipandang dengan pandangan aneh , oleh anak - anakku"
" mereka akan mengerti .... "
" mereka masi kecil mbak , mereka bisa menahan kata- kata yang terlontar dari mulutnya , tapi aku tak bisa melihat mereka melihatku dengan keadaan seperti ini, memandangku dengan pandang iba kepadaku"
" Mereka tak akan seperti itu Ra .. " katanya masi sembari menatapku tajam
" Kau tak mengerti mbak!!!" aku mulai terbawa emosi , suaraku mulai parau
" Banyak Ra yang tak sempurna seperti kau, dan tetap mampu untuk mengajar, aku percaya mereka akuan lebih mengerti keadaanmu, mereka tak akan menyakitimu, percayalah kepadaku"
" Kau benar - benar tak mengerti mbak!!!!"
"Aku CACAT!!!" kataku sembari melepaskan seluruh airmata yang sudah mengintip dari awal pembicaraan kami .
"Tak ada guru CACAT mbak, tak ada guru yang tak bisa berdiri , tak ada guru yang hanya punya satu kaki, tak ada guru yang tdak bisa menulis dipapan tulis mbak, tidak ada!!!!!" kataku menangis sejadinya, dengan suara yang tercekat dan tertekan. dia menatapku nanar, matanya memerah, wajahnya berubah, aku menangis dengan kepedihan yang mendalam, entah apa yang ku sesali, entah apa yang aku tangisi. aku suda berjanji tak akan menangis , tak ada yang perlu disesali semua benar benar suda terjadi. ini juga karena kesalahanku, kelalaianku. tak ada yang perlu di tangisi. tapi hatiku masi terasa perih jika membahas keadaanku saat ini. jika aku seorang pelari , mungkin aku sudah sampai di garis finish. sudah tak ada yang perlu dilakukan. suda terlanjur terjadi.,
jika saja aku tak menyusulnya, dan seandainya saja aku mengendarai motorku dengan benar, dan seandainya saja aku tak menangis ketika dijalan, tak akan seperti ini, aku tak akan kehilangan satu kaki indah yang di titipkan kepadaku, untuk membantuku kemana aku pergi.
"maafkan aku ... " katanya sembari menundukkan wajahnya Aku menangis dan memeluknya.
" Aku masi ingin tenang mbak, sakit hatiku terlalu dalam, aku tak hanya luka luar mbak, aku juga punya luka dalam" dia semakin memelukku erat. mendekapku dan ikut terisak dalam tangisnya
" aku tak mau di kasihani mbak ... aku tak ingin dikasihani... , aku belum siap menerima keadaanku seperti ini .... "
dia membelaiku, " iya aku mengerti ... maafkan aku, aku hanya ingin , kau sedikit terhibur , aku tau kau pasti jenuh disini  " katanya sembari melepaskan pelukannya
" sangat mbak ... tapi aku belum bisa siap untuk menerima tatapan mereka"
" Iya aku mengerti .... sekarang istirahatlah "
aku masi terisak dalam tangisku, mulai mengatur nafasku. " aku harus pergi, Mas Dimas suda mau pulang, aku belum memasak untuknya " 
aku tersenyum dan mengangguk,
" jangan lupa sotonya dimakan ya? "
aku mengangguk lagi dan berkata " terimakasih... salamkan kepada Aji ya, aku juga merindukannya"
dia berdiri dan berjalan ke arah pintu, " Mbak .... " dia membalikkan badannya dan menatapku
"Allah selalu memberikan yang terbaikkan untuk kita kan ?" tanyaku sembari menitik kan air mata
 Mbak mendekat kembali , memelukku, dan berkata "Pasti ..... "

TENTANG PILIHAN


Hampir dan akan satu tahun aku masi membawa luka , 
Yang terpatri dalam sebingkai kaca 
Hampir 1 tahun lamanya aku meradang dan menjahit lukaku 
Sendiri .....
Bukan karenaku pendendam , bukan karenaku tak mengikhlaskan
Tapi semakin lama aku menyadari bahwa memilih itu bukan persoalan menimbang antara kiri dan kanan 
Bukan tentang memilih warna hitam atau putih 
Ini tentang masa depan , yang akan ku genggam sendirian 
Aku lupa jika aku tak mampu hidup sendiri, 
Iya maksudku masa depanku bersamamu , wahai adam yang ku tidak tau 
Terkadang memang tak ada salahnya meratapi masa lalu 
Tak ada salahnya ketika aku mengingatmu 
Sejeleknya dirimu, ataupun sebaiknya dirimu 
Kau dulu adalah pilihanku 
Tapi tetap saja banyak yang berkata aku selalu salah 
Aku selalu selalu tidak benar dalam memilih atau menentukan pilihan 
Sebenarnya aku tidak mau gagal 
Demi Tuhan aku tidak ingin gagal 
Tapi bukankah Tuhan punya rencana lain untuk kita jalani? 
bukankah Tuhan memilihkan kita untuk menjalani jalan yang tak pernah kita ingini? 
Aku sebenarnya menyadari betapa baiknya kita tak bersama 
Tapi tidakkah kau mengingatku? 
Tidakkah kau mengenangku ?
Ketika aku membawa bekal untukmu? 

Ketika aku selalu membuatkan secangkir kopi untukmu?
Ketika aku memasakkan semangkuk mie untukmu? 
Aku masi mengingatnya , benar benar mengingatnya
Sangat mengingatnya 
Paling tidak 
Kau telah menggoreskan tinta warna bahagia dalam hidupku 
Mengajariku semua hal tentang pilihan 
Tentang mengatur rasa ketika mencinta seseorang 
Tentang bagaimana bersikap dewasa 
Tentang bagaimana menghargai perasaan 
Maaf ...aku masi mengenangnya 
Tapi memang ini .... 
Ini adalah pilihan Tuhan yang terbaik untuk kita 
Kau dengan jalanmu 
Aku dengan duniaku , karena aku suda lelah berjalan 
Ini berarti Tuhan telah menentukan  kita dalam satu pilihan 

....................

Kali ini aku merasakan satu pesatu saraf rambutku tertarik begitu dalam , tangan putih nan halusnya mencengkeram kuat sebongkah rambutku yang tergerai. " kau itu memang anak yang tak tau diri!! sudah berapa tahun aku mempertahankanmu?"
aku masi menatapnya dengan mata berair , merah dan mengatur nafasku yang menderu, "kenapa? kau benci kepadaku?" tanya membentakku dengan jarak 10 cm
" jika kau masi dengan ayahmu, kau tau apa yang akan terjadi?? hah? kau akan berakhir didunia malam! jadi pelacur! paling tidak , mungkin kau akan menjadi gelandangan , atau dijual????" katanya masi dengan bringas menatapku
"harusnya kau itu bersyukur!!!!" dengan membuang kepalaku ketanah membuatku sedikit tersungkur
"kau itu beda dengan kakakmu!! kamu itu goblok!!! Egois!!" aku semakin tak mampu mengatur nafasku , telingaku gatal dibuatnya.
" kamu itu gak pecus apa apa , kamu itu gak penah ngerti masalah orang tua, harusnya kamu itu ngerti !!!liyat apa kerjaanmu seharian? cuma tiduran gak jelas dikamar , ngapain? ngarep wangsit?? "
katanya masi menghardikku seperti aku telah mencuri berlian 500gram.
" otakmu itu lo ...!! dipake!! " katanya sambil menunjuk kepalaku dengan emosi yang luar biasa. aku masi diam dan mencoba mengatur birama nafas dan menyetabilkan emosiku.
" kamu itu memang sama seperti ayahmu!! bodoh!! egois!! gak penah ngerti kerepotan orang tua!!"
" kerjaan gak mau ,tapi kalo uang saja , matamu itu langsung ijo !! iya?? donyo iki gak gratis ( dunia ini gak gratis ) makane mikir o sing luweh realistis ( makanya mikirlah yang lebih realistis ), ora mung nongas nangis ae , nek keluruhan sitik ( gak cuma nangis aja kalo dinasehati ) , hah sudahlah ... terkadang aku gak penah bisa mengerti dengan jalan pikiranmu itu"
aku masi tersungkur dan menikmati cacian itu ketika aku seusai sholat isya' malam ini, telingaku benar benar panas ,
" sudah? cukup?" kataku masi dengan menundukkan kepalaku.dia tak menjawab 
" masi kurang bersyukur kau punya anak sepertiku? hah????sudah cukup kau menjadikan aku pelampiasanmu seperti ini? aku bukan boneka yang kau bisa caci dan maki sesukamu!! lihatlah anak yang jauh diluar sana ... mereka, mereka belum sepertiku , aku mampu mencukupi kebutuhanku, dan aku berusaha tak meminta sepeserpun darimu , tapi masi kurang cukup semua yang kulakukan demi kau ini? hah? "
dia menatapku dengan garang, masi menahan emosi dengan mendengar pembelaanku , seperti tersangka dalam ruang persidangan.
" aku punya hati dan perasaan mah !!  aku punya telinga!!!! aku anakmu juga? aku anakmu yang kau kandung 9 bulan dalam rahimmu, dan aku juga bayi yang kau lahirkan dengan cucuran airmata 20tahun lalu....masi ingat?"
"aku tidak setolol yang kau katakan ,aku tak sebodoh yang kau pikirkan , aku memang anak ayah? kau tau , betapa bangganya aku memiliki aliran darah yang sama dengannya , kau tak pernah mengerti mah , kau tak akan pernah mengerti!!! kau tau apa yang kau mengerti? bagaimana caranya agar kau mencaciku dan menjadikanku pelampiasan amarahmu???"
"plaaak !!! " tamparan itu mendarat seketika di pipi kananku, suasana itu masi hening , tak bersuara. aku masi menatapnya nanar, mataku masi berkaca kaca, hidung , bibirku masi memerah, ditambah lagi pipiku yang memerah,
"sudah??? sudah puas??? terimakasih mah!!!" aku pergi dengan membawa tamparan keras yang ada di pipi kananku, pikiran kacau,aku menata semua bajuku , aku mengemasinya
"kau mau kemana?" tanya eyang putri kepadaku

"pergi " jawabku kepada eyang putri sembari mengusap air mata
"kemana? uda malem" tanya eyang putri
"apa pedulinya? masi penting kah aku dirumah yang? mamah lebih bahagia aku takdirumah ini , eyang tau? aku beban yang , aku beban terbesar mamah yang hanya bisa merepotkannya , tidakkah eyang mengerti? aku sampah yang!!! aku sampah! " kataku sembari bercucuran air mataku tak tekendali.eyang menatapku pilu, memelukku dan mengusap rambutku
" aku capek yang ... aku lelah untuk berfikir, aku berusaha bagaimana membuat mamah bahagia , aku berusaha menjadi anak yang dia damba, maafkan aku yang , maaf jika aku tak mampu apa - apa"
" cukup ... eyang bangga denganmu , eyang bangga memiliki cucu sepertimu , mamahmu hanya lelah , jangan di dengar ya?" katanya sembari mengusap kepalaku,
aku masi terisak dalam tangisku, aku berusaha untuk menghilangkan sifat cengengku ini, tapi hari ini, hatiku benar benar terluka, hatiku benar benar tergores dengan kata - katanya yang meluncur dari bibir mamah. aku tak mengerti bagaimana caranya agar dia memahami bahwa aku mencintainya, sangat mencintainya, atau mungkin aku yang tak pernah mengerti keadaanya?haruskah dia tak memandangku dengan sebelah mata?
aku darah dagingnya , aku putrinya ... tapi memang aku tak sebaik yang dia harapkan. terbesit dalam benakku , maafkan aku mah ... maaf ...
"tidurlah ... besok kau harus kerja"
aku masi menangis menatapnya, wanita paruh baya yang benar benar belahan jiwa dalm hidupku, yang selalu membelaku , yang selalu perhatian kepadaku, yang selalu ada untukku, bukan ibu yang menggandungku, tapi memang eyang yang selalu menangis ketika ku sakit, bukan wanita yang melahirkanku, mungkin benar ,dia tidak mencintaiku, dia tidak menyayangiku , dia juga tak mengginginkanku?
salahkah aku? atau memang aku yang tak pantas menjadi anaknya?aku masi tetap berusaha menjadi yang kau ingini , aku masi berusaha untuk menjadi apa yang kau dambakan , yang telah pupus dan kandas karena keegoisan. sekali lagi maafkan aku ... aku mencintaimu

MASI SENJA DALAM PERADUANNYA

aku masi menatap senja sore ini,
aku masi menghirup oksigen sejuk dalam paru paruku
aku masi merasakan tiap debit darah yang mengalir di vena dan arteriku
aku mas saja merasakan degup jatungku
iya ... degup jantung yang selalu bedetak ketika aku berbicara denganmu
degup jantung yang selalu berdetak ketika aku berkata cinta kepadamu
degup jantung yang selalu berdetak ketika fikiranku melayang tentang mu
ini cinta?
aku rasa iya ...
tapi aku masi enggan mengakuinya
aku masi maya untuk menggennggamnya
seperti fatamorgana yang terbias oleh terik matahari siang hari
aku masi seperti anak TK yang sedang bermimpi
aku merindumu , benar benar merindumu yang telah jauh dariku
aku ingin menatap wajahmu
melihat kornea matamu
melihat senyum hambar yang kau lemparkan kepadaku beberapa bulan lalu
entahlah ... masi saja ku ingat luka yang belum hilang sampai sekarang
telah ku kubur dalam dalam sebenarnya ....
tapi aku masi sering menggalinya ketika aku sendiri
aku hanya butuh sesuatu yang mampu mencuci otakku
bisa kah kau membantuku?
robekan lukannya belum terjahit sempurna
seperti benang fibrinogennya belum mampu menutupnya
sebenarnya ada ... ada penggantimu yang hampir saja mampu membuatku melupakannmu
tapi tidak ... dia bukan penggantimu
dia bukan milikku
dia sama sepertimu
dalam pelukan merpati betina disarangnya
masi terbang bersama camar yang lebih molek disana
aku hanya itik buruk rupa yang menunggu di bibir pantai dan menatapnya
miris? iya ....
sudah puas kau membuatku seperti ini?
sudah puas kau membuatku enggan menerima cinta yang lain karena aku takut untuk tersakiti?
kau membuatku harus berfikir dua kali mencari penggantimu
bukan karena kau istimewa bukan .... tapi luka yang kau gali terlalu dalam
sulit untuk ku sembuhkan 

PERJUANGAN

ini seperti darah yang menggumpal di tempurung tengkorak sebelah kanan
ini seperti kanker empedu yang menggrogoti setiap sel
ini seperti cacing fasiolahepatika yang memakan semua zat yang ada di hati
ini seperti osteoporosis yang menyerap mili permili kalsium yang terkadung dalam tulang
dan ini juga seperti leukimia yang mengambil umur satu persatu dari korbannya
iya ... seperti leukimia yang menggrogoti umur seseorang
bahkan lebih keji dari kanker payudara yang merenggut kebahagiaan seorang wanita
atau mungkin tak jauh beda dengan kanker serviks yang merenggut kebahagian masa tua
ah .... sudah lah

camar putih sudah terbang jauh nan tinggi
meninggalkan pelabuhan yang semakin temaram karena senja petang
seperti rumah tua usang yang sudah berwarna menjadi kecoklatan

ini memang sudah takdirnya
ini memang sudah masanya

Ketika ada menjadi tiada
Ketika nyawa sudah terbalas oleh nyawa
Ketika luka sudah terbayar oleh luka

masi ingatkah kau tentang kepompong kecil menjadi seekor kupu- kupu?
atau masi ingatkah kau tentang kuncup yang mekar menjadi setangkai bunga molek nan merona?
masi  ingat juga, tentang siput yang telanjang karena ingin berganti cangkang?


tak ada hidup yang sempurna
tak ada hidup yang abadi selamanya
tak ada yang menjadi indah dengan kedipan mata
semua butuh keringat ... butuh airmata ...
butuh darah dan nanah yang tumpah menjadi satu gumpalan semangat yang berkobar,
demi mendapat yang kita inginkan


gumpalan sel yang di kepalamu itu
iya ... dikepalamu ,... tidak setara dengan daya pikir dan kecepatanku dalam menjalani hidup
kau bukan laki laki dewasa yang mampu melebarkan sayapnya
kau bukan laki laki yang mampu membusungkan dada ketika gandewa terlepas dari anak busurnya
kau .. masi laki laki yang bermain layang - layang sembari mengembala domba
mana bisa??? ya jelas tak bisa ...
kau terlalu muda , sedangkan aku ..?
aku siti nurbaya yang sudah siap untuk di pinang ketika terjerat hutang
aku bahkan kartini yang suda lelah beremansipasi dan hidup tanpa laki - laki


hari ini aku menyadari
bahwa kau adalah laki - laki bukan ...
kau bukan laki -laki yang aku ingini




KEIKHLASAN



Kali ini aku akan membahas tentang Keikhlasan
Tentang cara untuk merelakan
Mendapati keputusan yang tak pernah kita rapatkan
Pernah kita bicarakan secara serius?
Ku rasa tidak ...
Padahal ini adalah tentang kepastian
Bukan karena ku tak tertarik kepadamu, bukan karenaku tak mencintaimu
Tapi aku sedang belajar untuk ikhlas
Menerima segala yang menjadi jalannya
Awalnya memang aku tidak pernah ada ...
Sekarangpun kau menyuruhku untuk tiada
Tak ada kata perpisahan diantara kita
Karena tak ada yang pernah sesuatu yang kita mulai bersama
iya ... aku tau ... aku yang punya yang rasa
Hanya aku yang menanamanya , tapi aku tidak akan menuainya
Kau pergi ...
Mesti aku tak mengingini kau pergi
Tapi aku mengerti ...
Bagaimana yang sekarang ku duduki,
Jika aku menjadi wanitamu , tak akan ku biarkan kau melihat, memandang, dan melirik mutiara lain selain aku
Egois? iya ... wanita memang seperti itu
Dan Aku ... aku mengerti bagaimana rasanya
Aku bukan wanita keji ... bukan ...
Maaf jika aku mencintai
Maaf jika aku salah menempatkan hati
Maafkan aku atas segala tingkah dan kekanakanku
Aku hanya tak mau , menjadi wanita yang dipandang sebelah mata
Dan aku tak mau menjadi wanita yang dianggap mengiba
Dan aku juga tak mau mengulangi kesalahan untuk yang kedua kalinya
Untuk itu , kau .... belahan jiwa yang menjadi pemilik hati dan raga
Ijinkan aku untuk mengikhlaskannya
Semoga ....

CERITA PAGI

" Masi kepikiran?" suara wanita paru baya itu mengusap rambutku, dan membuyarkan lamunanku , aku hanya tersenyum dan mengehela nafas,
"Dia bukan milikku mbak ..." jawabku sambil mengusap kedua telapak tanganku dan menghela nafas untuk menghilangkan rasa dingin subuh ini. benar benar sangat dingin, beku sama seperti hatiku.
"Kau memang kurang bersabar,"
"Bukan mbak ... ini bukan tentang kesabarann , tapi ini tentang pilihan" jawabku masi menatap jauh semburat warna orange di ufuk timur , yang mengintip di balik pohon jati 
"Lalu? karena dia masi punya wanita disisinya"
aku menghela nafas berat " kau tak mengerti rasanya mbak... aku punya masa lalu kelam dalam posisi yang sama, aku sedikit ... aku hanya ... "
"Trauma?"
aku masi diam , "tak bisa kau pukul rata seperti itu ...."
"Entahlah .... aku terluka terlalu dalam , awalnya sama mbak ... awalnya sama , dan aku suda akan mengira jika endingnya akan sama "
"aku mngerti  sepertinya dia juga bukan tipe yang seperti yang ku bayangkan, maafkan aku telah mendukungmu untuk maju ..."
" tak apa mbak ... aku sudah menyadarinya "
" tapi kenapa kau tiba tiba merubah 180 derajat perasaanmu ? bukankah , dulu kau selalu bersemangat jika bercerita tentangnya ?"
"Dulu iya mbak ... tapi sekarang lain, aku merasakan sesuatu yang tak seutuhnya, apa lagi setelah ku tengok jejaring sosial mereka, ada perasaan ngilu jika aku harus merusaknya."
"Kau terlalu baik hati ...."
"Maksudnya mbak?"
" Jika aku jadi kau , aku dapat dia , dan meninggalkannya seketika "
" Haahahaha aku bukan keji mbak .. "
"Bukan wanita keji, atau ... kau memang punya hati?"
" Dengannya?" aku bertanya dan memandang wanita berjilbab coklat dengan pipi kemerahan itu
"Siapa lagi?"
" hahaha tidak mbak ... "kataku sembari menerawang jauh ke awan
" Tidak salah?ayoolah ... jujur dengan kata hatimu "
" Aku terlalu gampang jatuh cinta dan terlalu gampang melupakan"
"tapi? hasilnya? Sakit?"
"sangat mbak .... " kataku sembari megusap air mataku
" Dia bukan untukmu,..." katanya sembari mengusap pundakku
"aku tau .... " jawabku tak mampu membendung rasa berkecamuk di dalam hatiku , rasanya entahlah sesak , sulit bernafas ...wanita itu hanya memelukku dan mencoba membantuku untuk menghentikan tangisku.
"Allah ... akan memberikan jodoh yang luar biasa untuk sesorang yang luar biasa, bukan memberikan seseorang yang luar biasa kepada orang yang biasa"
semakin deras air mataku mengucur dari pelupuk mataku, hanya mampu berdesisis " ya Allah ... "
" Perjalananmu ... mungkin memang seperti ini, kakimu sudah berdarah dan terobati kini berdarah lagi, cukup ... hentikan perjalananmu dulu, dan biarkan sembuh secara sempurna , agar kau ... mampu berjalan dengan benar, agar kau tak terluka dalam perjalanan"
aku masi terisak dalam tangisku, "aku mencintainya mbak .... kenapa hatiku menyiksaku dan menaruh hati kepada orang yang tak pernah mengerti ..."
"Belum .... belum saatnya dek ... nanti ... akan datang ,yang lainnya , seperti harapanmu, seperti inginmu ... dan semoga seperti yang mamah inginkan"
aku memeluknya erat , ku luapkan tangisku yang ku simpan sejak tadi malam, ketika mengetahui dia tak menginginkanku kembali,
"Aku hanya ingin ... jadilah wanita yang bahagia , aku sudah terlalu lelah melihatmu menangis dan terkatung katung untuk laki - laki yang tak mau menemanimu sepenuh hati"
" aku mengerti mbak .... aku mengerti .... "

TENTANG AIR

Mata airnya mengering
Alirannya dulu mengalir kini tersumbat dan berhenti
Tak ada bau basah
Tak ada hawa sejuk
Kini kembali panas , tandus dan tak berair
Kakiku tak bisa menyentuh dan nyipakannya
Menengadah dan menatap megapun menyipitkan mata
Semburat senja nan jingga itu kembali redup
Dengan wanra kecoklatan dan kehitaman
Jenuh?
Aku rasa  iya ...
kan turun hujan badai malam ini
Tidak ... tapi sepertinya sudah mengering
Bukan ....
Memang tak sepantasnya untuk mengering
Karena tak seharusnya airmata itu mengalir
Setets saja tidak boleh
Tak ada air mengalir dalam cabang dua
Ada tapi mungkin besarnya tak sama
Jika besar tidak sama ,
Jelas arusnyapun juga berbeda
Tak ada anak sungai yang mengalir dengan kecepatan deras yang sama

NOTE TERAKHIR UNTUKMU

Hatiku tersulut hari ini , harga diriku serasa di injak injak dan di ludahi sesuka hati, aku bukan sampah yang diam ketika kau buang, aku bukan batu yang menurut jika kau tendang, aku bukan tanah yang mau menerima semua ludahmu, Aku punya mata, aku punya telinga, aku juga punya hati dan pikiran yang sangat amat peka.Katakan kepadaku, apa karena aku tak punya ayah? kau seperti ini denganku? apa karena aku pernah tersakiti dimasalalu, lalu aku mengemis hati kepadamu? aku bukan anak kecil yang akan diam ketika kau janjikan permen yupi lima biji. aku tak bisa menerima semua ini, aku tak punya waktu, kau tau itu ... aku tak punya waktu banyak ... dan aku rasa ini jalan Tuhan memberi jawaban kepadaku atau sholat tahajud dan hajadku. ini jawabannya, bahwa aku harus mematikan rasaku kepadamu, aku harus menjaga hatiku, bukan aku , dan aku mohon jangan aku. aku suda tidak mau , aku benar benar tidak mau, aku terlalu bodoh untuk menyadari bahwa kau bukan pilihanku, kau bukan sosok yang ku mau, aku salah , aku hanya terbawa suasana dalam rasa sakit yang ingin segera terobati. aku mengabaikan obat dari orang lain, untuk kau memberikannya kepadku, tapi ternyata salah , dan aku mulai berfikir, jika aku menunggumu, aku akan mati secaraperlahan , aku akan mencari obat lain. aku benar - benar ingin mencari obat lain. bukan darimu,cukupkan saja kau memberi untuknya,berikan saja untuknya, kau pikir aku suka dengan posisi seperti ini? tidak ... aku benar benar tidak ingin .... aku tidak ingin menjadi wanita seperti wanita yang menghancurkan mamah dan papah dulu, aku tak ingin menjadi wanita ketiga , aku tak ingin menjadi wanita perusak ... aku tak ingin,jangan bawa aku keposisi seperti itu ... aku mohon .... biarkan aku pergi ....
aku tau bagaimana rasanya , aku paham dan mengerti rasanya. jadi tolong mengertilah ... aku punya hati ... aku juga punya perasaan, jangan beri aku harrapan , jangan.... aku tipe wanita yang suka sekali dengan harapan. dan aku suda gagal bebrapa kali dalam membangunnya, aku tak ingin ...
aku benar benar tak ingin .... aku lelah ... aku sudah lelah ...
benar benar lelah , bisa kah kau berhenti.... aku benar benar ingin sendiri
aku tak ingin kau , mengulangi ....
aku bukan wanita normal yang bisa kau permainkan , aku bukan wanita tegar yang bisa kau buat menangis dan kecewa untuk beberapa kalinya.aku mohon tinggalkan aku ... dan jangan menjadikan aku tersangka pada hubunganmu, dan jangan membuatku sebagai domba cadangan ketika rusa yang kau buru tidak tepat sasaran. aku bukan kasur yang bisa kau gunakan ketika kau terjatuh dan kau tinggal pergi setelah kau baik baik saja. aku bukan baju yang bisa kau kenakan ketika kau bepergian , dan kau tanggalkan jika kau tak menginginkan, bukaaan ... bukan seperti itu ...
aku tak mau seperti itu.... tapi aku juga tak mau kau bersamaku, aku suda cukup mampu membaca, aku sudah cukup tau ... benar benar tau sifat dan karaktermu, aku tau ... aku membaca, dan aku mengetahuinya, sudahlah ... kau benar , aku tak akan mengerti kau seutuhnya, dan TUHAN  hanya mempertemukan dalam dunia maya saja, tidak untuk dalam dunia NYATA, dan aku mulai mengerti , memahami,dan menerimanya. terimakasih telah memberi warna , terimakasih atas janji dan mimpi , terimakasih telah menemani,dan terima kasih telah menjadi semangat dalam hidupku sampai detik ini, hingga akhirnya , aku ingin menyudahi sesuatu yang kau tak pernah menganggapnya termulai :)


AKU LELAH PAH ....

Hai pah , lagi lagi adek lagi rindu papah, meski ketika kita bertemu aku tak pernah bisa bercerita tentang ini, karena ketika aku memandangmu saja , aku sudah kehabisan kata - kata , bahagia , hanya itu yang mampu kusebut dalam hati. adek lagi berada pada titik di bawah nol pah, adek lagi benar benar ingin sesorang untuk mendengar adek tentang pekerjaan.suntuk? iya pah ... sangat ... bosan? luar biasa bosan , jenuh , gusar, capek , lelah pah .... lelah sekali.Adek ingin papah yang menyemangati , adek ingin papah yang mendengarkan apa yang adek rasakan. mamah sudah lelah dengan pekerjaaannya , dia tak mampu untuk mendengar ceritaku. 
adek kesepian pah .... adek sendiri ...mbak suda sibuk dengan pekerjaan dan keluarga kecilnya, eyang? eyang tak mungkin bisa mendengarku karena eyang tak tau bagaimana situasi tempat kerjaku. benar benar takut pah, seperti anak ayam yang kehilangan induknya, seperti anak ayam yang hendak diterkam oleh elang. 
peluk aku sekarang pah , peluk aku dan belai rambutku seperti dulu .....
rasanya disini pah... hati ... rasanya ada yang mengganjal, dan terbebani dengan beban yang berat, dan menyesakkan, ingin menangis ... tapi enggan ... ingin berteriak tapi tak bisa pah ... 
Harus bagaimana? aku ingin lari dari kenyataan , aku ingin pergi dari caci ...
aku lelah pah ,.. aku lelah hidup seperti ini, aku lelah menjadi sesorang yang bukan diriku sendiri , aku lelah menjalani kehidupan yang bukan mauku sendiri , ini bukan duniaku pah ... ini bukan mauku ... 
rasanya aku terpenjara dalam belenggu yang tak menentu ... seperti menjalani hidup dengan raga tanpa nyawa, seperti mengerakan tulang yang tak berotot dan berdaging , aku lelah mendengarnya ,.. aku bising mendengarnya, aku ingin ... aku ingin kau mengerti dan bahwa kau ... membuatku menjadi seperti ini, bahwa kau meninggalkan segumpal dagingmu ini, hingga sekarang menjadi tulang belulang yang sempurna , tapi kehilangan setengah nyawa.
adek masi cengeng pah , adek masi belum dewasa, adek masi manja ... 
yang mau hanya merengek kepadamu, dan masi enggan untuk dicaci dan dimaki 
tapi adek telah merasakan bagaimana rasanya di ludahi , sakit pah ... benar benar sakit , takut ... menjalani dan mengulangi untuk kedua kali, apa karena aku tak punya kau , hingga aku selalu dipermainkan oleh yang lainnya?mungkin iya pah .. mungkin karena tak ada kau ... adek di sepelekan di pandang sebelah mata oleh mereka. setega itukah mereka denganku pah? setega itu mereka meracuniku dan bahagia melihatku meregang nyawa dalam kebisuanku. aku lelah pah .... aku sangat lelah .....

TAK AKAN PERNAH MENGERTI

Mengapa kau tak mengerti?
Kau membunuhku secara perlahan
Bantu aku untuk terlepas darimu
Aku ingin menjaga hatiku
Aku tak ingin hatiku terluka untuk kesekian kalinya
Kasihanilah aku sedikit saja
Aku terlalu lelah untuk menangis dan meratapi nasibku
Aku terlalu sakit jika harus kau beri luka yang baru
Jangan beri harapan kepadaku
Aku mohon ....
Jangan ....
Aku sudah lelah ... sangat lelah ...
Hatiku terlalu rapuh
Kenapa kau tak mengerti?
Kenapa kau tak pahami?
Cukupkan saja cintamu dengan wanitamu
Aku berjanji aku tak akan mengganggumu
Aku tak akan merebutmu
Aku tak ingin melukainya
Aku tak ingin merebutmu darinya
Tapi jangan buat aku jatuh cinta
Ini benar - benar menyakitiku
Benar benar menyiksaku
Sangat amat menyiksaku
Kau tak mengerti seberapa dalam luka lamaku yang sampai sekrang aku tak mampu mengobati
Jadi aku mohon jangan tambahkan luka yang dalam dan menghujam
Aku terlalu mudah kau rayu dengan kata kata indahmu
Aku terlalu mudah terbuai dengan semua harapan palsumu
Aku tidak ingin mati dengan membawa janji
Aku juga tak ingin mati dengan duri yang tertancapkan pada hati
Biarkan aku pergi dengan utuh dan tak setengah hati yang sudah kau curi
Kau tak akan pernah mengerti
Kau tak akan pernah mengerti .... benar - benar tak akan mengerti .....
Kau ... sedikitpun tak akan pernah mengerti
Tentang hatiku selama ini ...
Dan sepertinya ...
Kau tak peduli ....
Akan ku simpan sendiri
Tanpa harus Kau .. iya Kau ... yang mempermainkan hati
Tak akan pernah mengerti

TIDAK HARUS

Harus kah? jika harus kenapa musti harus?
Sepertinya memang tidak lah harus
Tak ada yang harus mengharusan
Tak ada yang bisa untuk mengubah yang tidak harus menjadi harus
Jadi jangan pernah memaksa sesuatu yang tidak harus menjadi harus
Aku tidak suka ...
Sama kau pun juga kan?
Jadi aku tidak akan memaksakan sesuatu yang tidak harus menjadi harus
Ku serahkan kepadamu
Tentang takdir bahwa air mengalir dari hulu kehilir ,
Aku bukan ikan kuat yang mampu melawan arus air
Aku hanya ikan yang mampu berenang dalam arus tenang
dan sejalan
Jadi aku tak akan melawan arus dan membuat arus sediri dalam hidupku
Pasrah? Mungkin ...
Tapi pasrah bukan berarti menyerah
Pasrah bukan berarti di injak dan ditendang dengan semaunya
Pasrah bukan hanya diam ketika dicaci dan diludahi
Pasrah juga bukan berarti hanya menangis dan tersungkur ketika kau tancapkan belati
Aku bukan sapi peternakan yang menurut ketika kau tuntun dalam pembantaian
Aku juga bukan anak domba yang hanya mampu berdoa ketika idhul adha
Tapi aku manusia yang punya rasa
Yang harusnya , tidak ...
Aku salah ...
Seharusnya kau lebih menghargainya

AKU TERLALU

Ranting patah karena tertiup angin kencang
Menggugurkan satu persatu daun yang masi bertahan
Bunga sakura yang jatuh karena rintik badai kebisuan
Ini bukan pilihan atau kebruntungan
Masi saja tersungkur dan jatuh dari ketinggian
Tersungkur dan terobek dalam
Sakit?
Tidak ....
Hanya perih ....
Daun tak akan menyalahkan angin yang membuatnya terjatuh
Bunga juga tak menyalahkan tangkai yang tak mampu membuatnya bertahan
Ini semua sudah tercatat karena garis Tuhan
Dengan alur cerita yang telah ada
Dengan adegan dan setting yang luar biasa
Tak perlu menyalahkan siapapun juga
Ini sudah menjadi jalan kita
Mempertemukan kita dalam satu persimpangan jalan yang tak pernah ada ujungnya
Mempertemukan kita tanpa kita tau mana ujungnya
Sekedar menyapa ,
Jemari jenjang kanannya masi megenggam erat tangan wanita disebelahnya
Bukan ... dia wanita sempurna
Yang dia pilih dan dia pertimbangkan dalam kurun waktu yang lama
Memang sepertinya benar benar sempurna menjadi seorang wanita
Aku hanya menatapnya ...
Ah ... sudahlah
Itik buruk rupa tak akan berubah menjadi angsa
Atau seorang rakyat jelata yang naik kasta?
Terlalu bodohkah aku?
Terlalu naifkah aku dihadapmu?
hahaha ....
Aku kira yang benar ....
Aku terlalu percaya tentang imajinasi indahmu
Aku terlalu berharap kepadamu
Aku ....
Aku terlalu cepat untuk menyandarkan badanku
kepada kayu yang telah di pesan oleh seorang ratu



ENTAHLAH

Harus bagaimana aku menjelaskan kepadamu
Tentang asa yang semakin menggantung di bayangan semata
Tentang hujan yang hanya mengambang dan enggan untuk turun dan membasahi dedaunan
Awan akan tetap memaksanya untuk turun dan menghitam
Aku masi memandang dari kejauhan
Menyaksikan penyiksaanmu yang akan segera datang
Aku igin melihatmu menangis dalam kebisuan
Agar kau mengerti ...
Agar kau menyadari bahwa aku adalah wanita
Aku juga perempuan
Aku makhluk hidup yang bernafas
Bernyawa
Dan mempunyai Hati
Ya HATI ...
benda yang terletak sebelah dengan empedu,
Tapi jika kau menyentuhnya
Kau menyakitinya
Akan merambat sampai jantung dan otaknya
Lalu akan melukai matanya
ah ... terlalu cengeng
Tidak ....
Itu akan membuatnya tegar
Itu akan membuatnya kuat
Kailnya suda mengenai ikannya
Tertanam dalam mulut dan kerongkongannya
Dengan satu tarikan
Akan membuatnya hilang kesadaran
Pergi dan tak akan kembali
Dengan membawa luka yang mengangga
Yang tak pernah iya lupa
Karena terkadang kau lupa
Bahwa mereka , merasakan  permili percenti robekan kail yang kau tanamkan
Meski akhirnya rela kau potong tubuhnya menjadi 3 bagian 




DIA MAU SURGA

Dia duduk termangu dalam tumpuan lutut yang berbalut kain hijau tuanya
Mata sayunya menatap barisan semut yang ada dihadapnya
Wajah sembabnya masi terlukis dalam garis garis muda
Bibirnya masi terkatup dan menggigil menahan sesak yang tertahan di kelopak mata
Air bah itu menggelumbung dalam bendungannya
Roboh dengan semu merah jambu yang membiru
Aku menatapnya
Duduk disampingnya dan membelai rambutnya
Kenapa? tanyaku kepadanya
Dia diam dan masi meremas dalam kemeja putihnya yang berwarna kecoklatan
Sakit?
Dia menggelengkan kepala
Tidak bawa uang jajan?
Dia menggelengkan kepala
Uangnya hilang?
Dia menggelengkan kepala
Lalu kenapa?
Aku ingin melihat surga bu ....